Bisakah kami ekspor sendiri? – Tadi siang sepulang ketemuan dengan calon buyer dari negeri ginseng, kami mampir ke rumah salah seorang om di Kelapa Gading. Silaturahim sekalian mengucapkan salam Idul Adha. Pertemuan dengan Om ini selalu menyenangkan baik dari sisi keponakan maupun ia sebagai bos di salah satu perusahaan. Tak salah juga kalau disebut ia adalah mentor kami. Awal-awal berdiri Arenga Indonesia, ia salah satu top penasehat. Ia yang jadi acuan kami dalam melangkah.
- Baca di sini tentang:Â Â Palm Sugar Organik
Tadi siang pun ngobrol ngalor-ngidul dengan keriangan namun berisi ilmu. Dilewatkan dari yang sederhana sampai hal-hal serius. Sampai akhirnya rbincangan masuk ke soal ekspor-mengekspor. Di teras belakang rumahnya yang asri timbul pertanyaan, bisakah kami mengesor palm sugar sendiri?
“Kenapa tidak?” Ia balik bertanya dengan mata optimis. “Tapi apa perlu? Apa sudah saatnya?” Ia pun mulai menggali siapa siapa saja pelanggan tetap kami. Waktu disebutkan satu persatu si om menggeleng-gelengkan kepala. “Ini selalu terjadi pada usaha kecil, “Katanya. “Selalu ingin ekspor”. Sampai di sini perasaan saya mulai tak enak. “Prosedur ekspor sih mudah, gampang menembusnya. Tapi apa kalian siap dengan segala konsekwensi?”
Tanpa diminta pun Indra menceritakan semua hal yang kami lakukan sehari-hari dalam mengelola Arenga Indonesia Palm Sugar. Memang sekarang sudah mulai ketar-ketir, bukan karena bisnisnya tak maju, tapi sebaliknya. Pelanggan sudah mulai datang satu persatu. Dari individu sampai perusahaan. Omset pun meningkat “agak” dadakan. Yang sering membuat kami ngap karena kesulitan permodalan. Pokoknya siang itu dari silaturahim ajang berubah jadi ‘Curhat”
Untuk selanjutnya si Om mengatakan Indra kelewat iseng. Melayani pasar domestik saja sudah kalang kabut, lah, sekarang mau main mata lagi negara teluk, ginseng dan panda. Berapa juta penduduk Indonesia? Berapa persen yang butuh gula semut? Emang mau kemana?
- Baca di sini tentang:Â Â Kegunaan Gula Semut
Bisakah Kami Ekspor Sendiri? Optimis, Belajar, dan Sabar
Hari itu bersyukur sekali telah mampir ke tempat si Om. Ia adalah seseorang yang dapat membenturkan orang lain pada tembok kenyataan tanpa perlu merasa kecil. Kami bisa menanggapi kekuatiran beliau dengan optimis. Kami memang belum banyak pengalaman seputar perniagaan internasional, belum punya punya semua sumber memadai, namun mengabaikan penjualan ke luar negeri juga tak baik. Kita juga tidak akan kemana-mana. Ekspor adalah kesempatan belajar bisnis lebih serius.
Dasar pemikirannya adalah ketika pasar dunia hanya terletak di ujung jari, terbuka sepanjang waktu, tidak dibatasi oleh jarak maupun negara asal maupun penghalang teknologi, masa iya tidak pengen tahu apa diseberang sana? Tantangan dan resiko pasti ada, tapi apa sih di dunia ini yang tidak mengandung tantangan dan resiko?
- Baca di sini tentang:Â Mengapa Harus Gula Organik
Apa yang akan kami dapatkan kalau melangkah ke luar? Bisakah kami ekspor sendiri?
- Penjualan meningkat : Mengekspor adalah cara jitu memperluas pasar dan menambah kesempatan untuk menemukan ceruk-ceruk baru dalam pasar asing tersebut.
- Keuntungan lebih tinggi : Yah tentu saja jika ada selisih harga antar pasar domestik.
- Mengurangi resiko : Diversifikasi pasar mengurangi ketergantungan pada satu pasar. Kalaupun pasar domestik menjadi amburadul seperti krismon kemarin, daya rusak terhadap bisnis tidak akan begitu besar.
- Pengetahuan dan pengalaman baru : Dunia luar adalah sebuah tempat untuk menemukan lautan ide-ide. Contohnya sepulang Indra dari pameran Abu Dhabi kami ketemu sebuah ide menarik tentang diversifikasi produk.
- Daya saing global : Pengalaman yang akan di dapatkan secara internasional tentu akan berdampak sangat positif untuk dalam mengembangkan pasar domestik.
- Daya saing domestik : Jika produk kami berhasil dalam persaingan global, artinya produk tersebut dapat bersaing dengan produk terbaik yang di tawarkan dunia.
Indah ya? Memang. Sanggupkah kami mengatasi tantangan-tantangan itu? Kita lihat nanti. Tolong doakan kami.