Travel Blog Indonesia – Pengaruh Budaya Dalam Memaknai Produk
Teman-teman kalau traveling ke luar negeri suka belanja kah? Kalau saya sering mengunjungi pasar tradisional atau pasar yang menjual produk khas negara tersebut. Seperti saat berkunjung di Tehran Grand Bazzar saat traveling ke Iran beberapa waktu lalu.
Saya amat menyukai menyisir lorong-lorong dengan arsitektur khas Persia. Memperhatikan barang-barang dengan ciri khas unik, yang tidak ditemukan di Indonesia. Produk bercirikan khas Timur Tengah atau Persia, di mata saya sarat dengan komunikasi budaya.
Pengaruh Budaya Dalam Memaknai dan Membeli Produk
Saya tidak termasuk yang suka shopping kalau sedang traveling. Paling hanya jika bertemu barang-barang unik dan berciri budaya setempat. Jadi saya tidak sembarangan belanja.
Ini mungkin terkait dengan keingintahuan saya. Karena budaya memberikan makna pada barang dan jasa yang akan kita beli. Jadi sebelum memutuskan untuk bertransaksi secara tidak sadar mungkin saya mengacu pada nilai-nilai, keyakinan, norma, dan praktik budaya yang saya anut.
- Baca juga : Kita, Konsumen, Konsumsi dan Marketing
Contohnya bila teman-teman adalah seorang hijabers pasti tidak akan membeli produk fashion yang sifatnya memperlihatkan anggota tubuh, bukan?
Begitupun jika saya menyukai novel religi maka tidak akan membeli komik Sinchan.
Itu semua karena kita dipengaruhi kelompok di mana kita berada. Kelompok kita mempengaruhi persepsi dan penilaian kita terhadap sebuah produk atau barang yang akan dibeli.
Memang begitulah kenyataannya, budaya memiliki peran penting dalam membentuk preferensi konsumen, karena budaya mencakup sistem nilai yang dipelajari dan dibagikan oleh anggota suatu masyarakat kepada anggotanya.
Pemanfaatan Freferensi Konsumen Dalam Marketing
Pengaruh budaya dalam memaknai produk ini digunakan dalam marketing. Setidaknya, Belk dan kawan-kawan pernah berbicara tentang makna kognitif, fungsi simbolik, dan sejarah dari suatu produk, terkait dengan makna budaya yang melekat pada produk tersebut.
Tepatnya, mereka melakukan suatu sudi tentang kualitas simbolik dari produk di dalam konteks pemakai dan lingkungan budaya dan tradisi suatu kelompok konsumen.
Contohnya, sebuah iklan mungkin memasukkan nyanyian (jingle) yang membawa pikiran kita pada desa hijau, tenteram dan makmur dalam produk tersebut.
Karena budaya suatu bangsa mencakupi suatu ideologi konsumsi (ideology of consumtion) yang didefenisikan sebagai makna sosial. Makanya dalam iklan atau promosi bisa dilekatkan dan dikomunikasikan lewat produk kepada konsumennya.
Penelitian Belk dan rekan-rekannya ini mengungkapkan bahwa budaya memberikan makna tidak hanya pada iklan atau komunikasi produk, tetapi juga pada tindakan konsumsi kita sebagai konsumen.
Berikut ini adalah beberapa contoh pengaruh budaya dalam memaknai suatu barang yang akan dibeli:
1.. Simbolik dan Makna: Barang-barang tertentu dapat memiliki makna dan simbolik yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Sebagai contoh, warna merah dapat melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan pada budaya Cina, sementara di budaya lain mungkin melambangkan bahaya atau kemarahan. Makna simbolik ini dapat mempengaruhi preferensi dan keputusan pembelian seseorang.
2. Norma dan Nilai: Budaya menetapkan norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur perilaku dan preferensi konsumen. Misalnya, dalam budaya yang mementingkan kesederhanaan dan kepraktisan, produk yang fungsional dan ramah lingkungan mungkin lebih disukai daripada produk yang mewah dan boros.
3. Identitas dan Afiliasi Sosial: Kita sering kali menggunakan barang-barang sebagai sarana untuk mengekspresikan identitas dan afiliasi sosial, bukan? Nah budaya yang kita lakoni mempengaruhi preferensi kita dalam memilih barang. Kita akan membeli produk yang mencerminkan identitas kelompok atau subkultur kita. Contohnya, remaja yang terlibat dalam budaya skateboarding mungkin lebih condong memilih merek pakaian dan perlengkapan yang terkait dengan subkultur tersebut.
4. Ritual dan Tradisi: Budaya juga mempengaruhi keputusan pembelian melalui ritual dan tradisi. Misalnya, dalam beberapa budaya, ada tradisi memberikan hadiah tertentu pada acara pernikahan atau festival. Kita sebagai konsumen tentunya akan memilih kado yang sesuai dengan tradisi dan ritual tersebut. Kita gak akan mungkin memberi kado hiasan kristiani kepada sepasang pengantin muslim.
5. Citra merek dan persepsi kualitas: Budaya juga mempengaruhi persepsi konsumen tentang kualitas dan citra merek. Merek-merek tertentu dapat memiliki asosiasi budaya yang kuat, yang dapat mempengaruhi preferensi dan keputusan pembelian. Sebagai contoh, merek yang dianggap mewakili status dan keanggunan dalam suatu budaya mungkin lebih diminati oleh konsumen dalam budaya tersebut.
Penutup
Jadi, pengaruh budaya dalam memaknai suatu barang yang akan dibeli sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada konteks budaya yang spesifik. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang budaya dan nilai-nilai yang terkait dengan konsumen yang dituju adalah penting bagi perusahaan atau pemasar untuk merancang strategi pemasaran yang efektif.