Sebuah komentar menarik yang di tinggalkan Pak Dian Kusumanto, seorang praktisi aren dari Nunukan – Kalimantan Timur. Beliau menanggai salah satu postingan blog saya tentang bisnis gula aren. Menurut beliau prospek bisnis gula aren sangat menarik dan menjanjikan. Beliau awali dengan cerita Sunan Bonang dengan perampok Lokajaya. Lalu hitung-hitungan bisnis kebun aren. Saya copas saja dalam satu posting agar lebih enak di baca dan saya beri judul Prospek Emas Kebun Aren.
Sunan Bonang, Emas Hijau di Pohon Aren
Selamat Sukses bagi Ibu Evi dengan ARENGA PALM SUGARnya.
Aren memang punya prospek yang sangat bagus. Awalnya kami juga nggak yakin, namun setelah melihat langsung di kebun petani mendengarkan cerita para petani, melihat kiprah ARENGA PALM SUGAR– nya Ibu Evi keyakinan bahwa prospek emas pohon aren bukan isapan jempol belaka.
Prospek emas pohon Aren itu sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Bonang, seorang waliulloh penyebar Agama Islam di Pulau Jawa. Konon beliau waktu itu dirampok/ dibegal oleh berandal Lokajaya yang menginginkan harta dari Kanjeng Sunan Bonang.
Singkatnya menurut alkisah, prospek emas kebun aren ditunjuk Sunan Bonang pada pohon Aren.
Jika ingin harta banyak lihatlah pohon dengan buahnya yang hijau bulat itu. Maka berandal Lokajaya itu melihat emas di pohon Aren tersebut. Buahnya laksana emas yan bergantungan.
Emas adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan, bahkan lambang kemewahan. Ternyata baru awal tahun sekarang para ahli bangsa Indonesia menyadari isyarat tersembunyi atau rahasia emas si pohon Aren.
Kanjeng Sunan memang tidak menjelaskan secara detail mengapa prospek emas terlihat di pohon atau aren. Namun kiranya Tuhan Yang Maha Latif mengajarkannya melalui ilmunya kepada seorang Wali yaitu Kanjeng Sunan Bonang. Beliau menyampaikan ilmu itu kepada berandal Loka Jaya.
Proses Prospek Emas Kebun Aren
Ternyata emas itu berasal dari Nira Aren yang keluar dari hasil sadapan tangkai bunga, baik dari tangkai bunga betina maupun tangkai bunga jantan. Pohon yang sudah maksimal pertumbuhan vegetatifnya (sekitar umur 6 tahun kalau tumbuh liar atau alami) akan mengeluarkan bunga betina sampai dengan 6,8 atau 12 tandan bunga betina. Ada juga pohon Aren yang tidak pernah mengeluarkan tandan bunga betina, namun langsung dari awal masa generatifnya hanya tandan bunga jantan saja sampai akhir.
Tandan bunga pertama muncul dari bagian paling atas pohon kemudian tandan berikutnya muncul dari ketiak pelepah daun yang berada di bawahnya. Tandan bunga selanjutnya muncul terus menerus bergantian dari atas menuju ke bawah sampai pada bekas ketiak pelepah daun terbawah.
Dari seorang petani Aren yaitu Bapak Sarman di Mambunut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur diketahui bahwa ternyata tandan bunga betina yang biasanya mengeluarkan buah kolang-kaling, bisa disadap air niranya. Bahkan hasil nira dari tandan bunga betina ini hasil sadapannya mencapai 40 liter Nira setiap hari per pohon.
Baca juga :
- Cara Menyadap Aren, Dimulai dari Proses Meninggur
- Sang Penyadap Aren Muda
- Video Menyadap Pohon Enau
- Kebun Raya Megawati Soekarno, Wisata Hijau Bekas Tambang
Setiap hari dilakukan dua kali sadap, yaitu pagi sekitar jam 7.00 dan sore sekitar jam 17.00. Hasil sadapan pagi biasanya lebih banyak dari pada yang sore hari. Keluarnya nira yang paling deras terjadi pada waktu sekitar jam 03.00 s/d jam 04.00 dini hari. Dia mengilustrasikannya, bahwa seperti manusia kalau dia kedinginan keringatnya kurang tapi kencingnya yang banyak.
Hitungan Bisnis Kebun Aren
Kalau seandainya pohon Aren ini dikebunkan seperti sang pendatang dari Brazil, yaitu Kelapa Sawit, dengan bibit yang unggul, pemeliharaan yang intensif, pemupukan yang cukup, pengelolaan menejemen kebun yang memadai. Tentu hasilnya akan lebih baik dari pada yang sekarang ini dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar dengan jarak yang tidak beraturan.
Dengan memakai asumsi produksi yang alami saja misalkan 10 liter nira/hari/pohon; jika 100 pohon yang disadap setiap harinya (dari populasi 250 pohon setiap hektar), maka akan diperoleh nira 1.000 liter/hari/ha.
Rendemen gula merah dari nira sekitar 20-26,5 %, artinya dari 1.000 liter maka akan diperoleh sekitar 200-265 kg gula merah setiap hari. Kalau harga di tingkat petani Rp 5.000/kg, maka setiap hari pendapatan kotor petani aren dengan areal 1 hektar akan memperoleh sekitar Rp 1.000.000/hari/ha sampai dengan Rp 1.325.000/hari/ha.
Tentu pendapatan itu masih dikurangi dengan biaya tenaga sadap sebanyak 3-5 orang, tenaga pengolah gula 1-2 orang. Berarti setiap hektarnya kebun sudah menyerap tenaga kerja antara 4-7 orang, memberi pendapatan kepada petani pemilik yang demikian besar.
Baca juga :
Pertanian Aren yang Masih Terbelakang
Merk Gula Palem Arenga Indonesia
Bukankah ini yang dimaksud dengan kemakmuran, yaitu petani dengan pendapatan tinggi, tidak ada lagi pengangguran, roda ekonomi di pedesaan akan berjalan lagi …….
yaaaa… prospek emas dari pohon Aren itu akan menjadi kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk negeri, seperti isyarat sang Waliulloh Kanjeng Sunan Bonang.
April 4, 2008 4:23 PM
Demikian sekilas bunyi email Pak Dian mengenai prospek emas kebun dan pohon aren. Semoga bermanfaat.
@eviindrawanto