Memandang dunia dengan Penuh Cinta – Pernah menjadi saksi atas perkelahian 2 perempuan yang tadinya berkawan? Perkelahian secara bar-bar, main kata-kataan, teriak-teriakan dan saling menghina? Well, saya pernah..
Saya tidak bisa menyebutkan nama, namun suatu hari hampir muntah melihat 2 orang perempuan berkelahi. Mungkin ini termasuk hari tergelap dalam lingkaran perkawanan saya. Mereka yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba berubah jadi panglima buto ijo. Saling tunjuk, muka merah, mata melotot, ludah berhamburan karena adu keras untuk mendominasi. Saking kerasnya sampai-sampai suara mereka pecah dan urat-urat di lehar terlihat menyeramkan.
“Alah mak, makan apa mereka semalam?” Pikirku hampir menangis. Mengapa dua perempuan manis yang sering pergi bareng, dan tukar hadiah bersama itu buyar dalam sekejab? Penyebabnya yah tentu saja sama dengan penyebab meletusnya perang dunia II: Orang ke-3!
Orang ke-3 ini perempuan juga. Untungnya bukan masuk ke dalam rumah tangga, alias selingkuhan suami salah seorang. Orang ke-3 yang suka adu domba, menyampaikan berita yang tak perlu disampaikan, malah dilebih-lebihkan. Akibatnya ribut lah dua wanita manis yang kalau marah tak kelihatan manis sama sekali.
Berbulan-bulan kemudian dua perempuan itu tetap saling membenci. Tahun pun berlalu. Saya pun sudah jauh dari lingkaran pertemanan mereka karena merasa kurang sreg. Sesekali mendengar mencari kabar juga dari teman lain mengenai mereka berdua. Rupanya masih belum akur. Malah di sosial media mereka masih saling berteman agar dapat saling menyindir. Itu lah mengapa kejadian hari itu tetap tak terlupakan.
Bila Ada Cinta Mengapa Harus Saling Membenci?
Dunia memang tidak dirancang sempurna. Kita semua punya masalah. Berat atau ringan tergantung dari cara kita memandang masalah tersebut. Relasi antar manusia juga tak selalu mulus. Entah karena komunikasi atau sakit hati, pokoknya berjuta penyebab yang membuat manusia saling membenci.
Baca juga :
Hanya saja mungkin akan jauh lebih elok jika kita memandang dunia ini dengan cinta. Karena dengan membenci kita akan membayar ongkos kehidupan mahal : Merusak tatanan harmonisasi alam semesta.
Membenci menguras energi. Mencintai sebaliknya. jadi kalau saja tindakan, kata-kata, pikiran, dan perilaku kita berlandas cinta, segala keindahan akan terlihat di mana-mana.
Membayangkan bila kita semua memandang dunia dengan cinta, mungkin dunia akan penuh taman bunga. Taman yang digambarkan dalam puisi sufi berikut ini :
Memandan Dunia dengan Penuh Cinta – PERKAWINAN JIWA – Sebuah Puisi Sufi
MENURUNI bumi,
keindahan aneh yang memabukkan dari dunia batiniah bersembunyi dalam unsur-unsur Alam.
Dan jiwa manusia, yang telah
mencapai keseimbangan yang benar,
berhasil menyingkap keriangan
yang tersembunyi,
jalan yang lurus itu terpikat dan terpesona.
Bila memandang dunia dengan penuh cinta akan terjadi perkawinan mistik yang akan melahirkan keindahan beruntun. Lagu-lagu pujangga yang puitis, pengetahuan batin yang luas, bahasa kalbu yang jernih, kehidupan yang bijak, dan keindahan kanak-kanak yang elok.
Lalu Jiwa Agung akan menganugerahkan kepadamu maharnya yang suci. Berbagai keagungan dunia tersembunyi akan menyingkap diri mereka dihadapanmu.
Baca juga:
- Tak Punya Ide?
- Kegelisahan: tenaga penggerak keselarasan
- Sikap Negatif Terhadap Kesuksesan
- Ketika Ide Berubah Menjadi Materi
- Veni, Vidi, Vici