Konon katanya, tidak ada impian kita yang tidak dapat terwujud jika setiap orang belajar menggunakan daya cipta mereka . Kuncinya terletak pada penggunaan apa yang kita miliki… sebebas-bebasnya dan sepenuhnya… hingga membuka saluran kita lebar-lebar bagi bagi daya cipta yang mengalir itu.
Tahu kan dari mana pemikiran ini berasal?
Tidak tahu apakah pemikiran itu benar apa tidak ( saya percaya itu benar) yang jelas sejak beberapa hari lalu saya terus kepikiran untuk mengembangkan diri sebagai pedagang. Dari mana lebih tepat memulainya kalau bukan lewat konsep penggunaan apa yang kita miliki itu. Jualan offline sudah lalu bagaimana kalau jualan online?
Setelah menimbang-nimbang tidak akan ada ruginya, apalagi saya berniat serius ngeblog yang berarti dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelanggengan promosi, mengapa tidak mencoba meningkatkan omset melalui internet? Selama ini internet memang sudah berjasa membesarkan DMB tapi hanya sebatas memberi info. Kalaupun ada transaksi, paling-paling cuma pembelian sampel.
Yang sukses jualan di internet sudah banyak, yang gagal juga tidak sedikit. Jadi mengapa tidak ikutan mereka yang sukses saja?
Lalu dengan baca bismillah, setengah jam DIVA’S GREEN SHOP pun lahir. Masih berbasis toko gratisan, tapi tak apelah Cik, suatu hari nanti kita juga pasti punya toko berbayar.
Tidak menyangka, dihari pertama peluncurannya, DIVA’S GREEN SHOP langsung pecah telor. Saya berharap tidak akan mengecewakan Mbak Doris Nasution dan Pak Reyner dari Bogor yang telah membuat keputusan untuk mencoba produk yang saya klaim sehat tersebut. Mbak Doris beli palm sugar, Pak Reyner beli Pollen. Jadi klop lah. Ohya saya merasa perlu mencatat nama mereka disini sebagai penanda awal sejarah yang telah ditulis kemarin.
Senang tentu saja dan merasa amat positif terhadap dunia. Namun sebagai pedagang, saya juga harus menyadari bahwa perkembangan korteks telah membuat kita begitu rasionalnya. Misalnya sebelum memutuskan untuk belanja, kita akan memanfaatkan informasi yang tersedia secara sistematis sebelum melibatkan diri dengan penjualnya.
Karena itu lah suka cita saya atas tindakan Mbak Doris dan Pak Reyner yang memutuskan menjadi pelanggan pertama DGS, atau kepada pelanggan-pelanggan lain yang akan datang kemudian, tidak boleh berhenti pada proses pembelian itu saja. Visi pedagang mestinya mulur beberapa mil melewati customer-nya. Harapan mereka sebagai pembeli tentu persis sama dengan harapan calon pembeli manapun di dunia: Bila barang yang dibeli mengecewakan, jangan harapkan daku kembali.
Jadi harapan dari sebuah pembelian itu jelas dan teliti. Kepuasan akan diekspresikan dalam bentuk rekomendasi positif kepada orang lain dan keinginan untuk repeat order dikesempatan lain.
Jaya lah DIVAS’S GREEN SHOP, aku akan selalu mengawalmu.
Salam Fuuntastic!
— Evi