Kunjunganku ke rumah kakak di Cimanggis kemarin sore berbuah reuni dengan Lila ( sebut saja begitu), salah satu teman dari masa remaja dulu. Pertemuan yang tidak disangka-sangka dan amat membuat surprise. Aku sedang menepikan mobil, dia lewat berboncengan motor dengan seorang remaja putri. Dalam kepalaku dia masih merantau di Kalimantan dan pastinya Lila menganggap bahwa rumah keluargaku di Cimanggis itu hanya kenangan. Tentu saja perjumpaan tak sengaja itu jadi meriah, lengkap dengan teriakan-teriakan norak eks dua gadis kampung. Berpelukan ala Tele Tubbies, bertukar cium pipi kiri-kanan, berhamburanlah kata-kata tentang rindu, kenangan, waktu , kami tidak banyak berubah, dll.
Tentu saja kami banyak berubah. Siapa yang sanggup menghapus jejak waktu di wajah masing-masing? Yang jelas pertemuan ini amat mengejutkan. Memberikan nuansa baru terhadap keyakinan. Sungguh! Karena sejak beberapa hari lalu aku terus kepikiran tentang dia sealur dengan rencanaku untuk mengunjungi rumah ibunya lebaran nanti. Menurut my sister si ibu sering menanyakan aku dan sekarang lebih banyak tinggal di tempat tidur karena sakit-sakitan.
Dalam kegembiraan itu sempat aku sampaikan bahwa boleh percaya boleh tidak tapi hukum daya tarik tengah berlansung. Hanya sayang, tampaknya Lila tidak punya gambaran apapun tentang buku The Secret, maka pembicaraan seputar The Law of Attraction (LoA) harus bubar.
Yang meningggalkan kesan mendalam adalah ternyataLila memiliki karakter sangat positif. Tidak ingat apakah dulu dia juga begitu, tapi dalam reuni kemarin Lila menampilkan perangai yang aku pelajari mati-matian lewat buku yakni untuk melihat sisi baik saja dari semua peristiwa yang melintasi hidup kita. Dia mengatakan beruntung mengetahui perselingkuhan sang suami lebih awal sehingga dapat mengambil keputusan lebih cepat untuk meninggalkan Kalimantan dan merawat sang ibu yang janda dan sakit-sakitan. Dia juga beruntung bahwa dengan mengambil keputusan itu tersebut sang suami menyadari tidak bisa hidup tanpa dia dan anak-anak lalu memutuskan ikut pindah pula dari pulau yang telah menghidupi mereka selama 12 tahun.
Dari Depok mereka merencanakan untuk memulai segalanya dari awal lagi. Sahabatku mengatakan dia tidak kaya namun beruntung memiliki bakat dagang. Tidak ada tembok yang terlalu tinggi, rintangan yang terlalu besar bagi mereka yang tahu apa yang mereka inginkan. Setidaknya itulah kesimpulan yang aku ambil dari ucpan Lila saat kami berpisah karena bedug magrib sudah mulai bertalu-talu.
Setelah itu aku terus melamun kan konsep keberuntungan. Apakah keberuntungan mempunyai para meter? Apakah keberuntungan mendapat lotre sama dengan, katakanlah, keberuntungan seorang entrepreneur? Bila keberuntungan mendapat lotre bisa menghinggapi siapa saja, tidak masalah betapa malasnya dia, namun seorang entrepreneur tidak akan mendapat reward kalau tidak melakukan sesuatu terlebih dahulu. Jadi, apa sih keberuntungan?
Salam organik,
— Evi
Produsen gula semut aren
Organic Sugar for All Purpose Sweeteners