Desember hanya bersisa beberapa hari lagi. Tiba waktu menengokke belakang. Terutama ke resolusi tahunan yang saya beri nama My Prophecy. Termasuk awal tahun 2008 lalu. Apakah semangatnya seperti kala membuat my prophecy awal tahun itu sama dengan menjalaninya sepanjang tahun? Apa lah gunannya membuat resolusi setiap tahun tanpa mewujudkan. Jangan seperti yang sudah-sudah, judulnya saja yang hebat. NamunĀ My Prophecy kurang komitmen, bahkan digantung di atas awang-awang.
Utuk memastikanĀ saya membuka catatan awal tahun 2008. Membaca ulang satu-persatu. Muka mungkin tak perlu jadi seperti nenek sihir. Kecewa. Karena dalam hati kecil sudah tahu apa yang terjadi. Apakah keinginan menampar diri sendiri ada gunanya?Ā ” Say, kamuĀ kebanyakan tidur sepanjang tahun!! “
- Baca di sini tentang:Ā Mengapa Kita Membingkai Dunia
Saya kurang akrab dengan angka-angka. Kalau boleh menyimpulkan,Ā cuma 40 yang boleh diklaim sebagai “keberhasilan”.Ā Sisanya disimpan dalam kalimat palsu sebagai ” keberhasilan yang tertunda”
Tidak perlu menjadi seorang Tonny Robbins untuk tahu mengapa yang 60 % itu tetap tinggal di atas kertas. Pasti banyak sebab. Tentu saja! Dan juga pasti bejibun kalimat yang bisa saya rangkai untuk menerangkannya. Tapi hanya satu jawaban yang jujur: ” Sejak awal saya tidak mempunyai cukup komitmen untuk mencapai resolusi tersebut!”. Saya terlalu malas. Dapat rintangan bukannya dipecahkan malah mengalihakn fokus ke hal lain. My prophecy kurang komitmen!
Mengapa My Prophecy Kurang Komitmen?
Aneh? Pasti lah! Komitmen, seperti usaha apapun di dunia, membutuhkan energi. Energi menurunkan impian jadi kenyataan. Memperjelas yang belum terlihat jadi kasat mata. Energi walaupun berlimpah di alam semesta, energi hanya bisa dipakai kalau diusahakan. Dan saya tidak melakukan cukup usaha agar dapat menggunakannya.
Tampaknya saya tidak terlalu suka terhadap rasa sakit. Saya terobsesi oleh rasa nyaman. Dengan segala cara selalu menghindari ‘rasa tidak enak’ psikologis itu melalui penundaan pekerjaan. “Nanti saja deh. Besok juga bisa. Ah ini terlalu sulit. Cari cara lain saja”. Bejibun alasannya. Begitu setiap hari. Tahu-tahu merasa sudah berdiri di tepi jurang. Senggol sedikit saja terjun bebas ke bawah.
- Baca di sini tentang:Ā Ā Selamat Datang 2016
Contoh. Setumpuk bon gula semut parkir dalam clear holder. Secara mental saya beri cap ” Not Too Urgen” di sampul mukanya. Sementara otak kecil saya membantu dengan mencari-cari excuses.Ā “Akan dikerjakan pada waktu yang tepat”. Padahal kapan sih ada waktu yang tepat kalau bukan sekarang?
Lalu, apakah berarti saya tidak akan membuat resolusi untuk tahun 2009?Ā Tetap dong! Hanya saja butuh waktu sedikit untuk berpikir. Menggali emosi dalam-dalam. Kira-kira apa yang paling saya ingin raih setahun di muka?Ā Apakah cukup realistis? Kalaupun tidak realistis apa efeknya pentingnya jika tetap diusahakan? Dan resolusi tahun baru itu tidak perlu sepanjang “tali baruak” ( in minangkabau term, not too long š ). Secukupnya.Ā Yang penting di akhir tahun saya melihat ada perubahan lebih baik. Dan yang paling penting, pikiran saya terlebih dahulu harus mempercayainya bahwa itu akan berhasil. Jangan sampai membuat tulisan tentang My Prophecy Kurang Komitmen lagi. Itu memalukan, Kakak!
- Baca di sini tentang:Ā Ā Merencanakan Sukses
Sederhana kan? Iya sederhana menuliskannya. Semoga tidak saat diesekusi pada buku harian nanti. Lebih penting lagi diwujudkan dalam realiata.
— Evi Indrawanto
The Juragan