Beberapa waktu lalu saya membaca di blog perusahaan facebook bahwa ” jika diumpamakan negara facebook sekarang adalah negara berpenduduk terpadat ke-8 setelah Jepang, Russia dan Nigeria. Bila Indonesia terletak sebagai negara ke-10 terpadat di dunia, artinya, pengguna facebook saat ini sudah melewati jumlah penduduk Republik Indonesia.
Hebat?!
Memang! Dan apa yang mereka klaim tidak main-main. Sebagai salah satu pengguna, saya menyaksikan sendiri bagaimana jaringan sosial di sana berkembang dari hari ke hari. Beberapa celebriti Indonesia terpaksa membuka akun baru setelah akun lama tidak kuat menampung jumlah orang yang suka berkawan dengan mereka. Yah, mungkin Facebook punya pertimbangan tertentu dengan membatasi jumlah teman hanya 5000 orang dalam satu akun.
Lima ribu? Pernah kah Anda berpikir apa yang bisa dilakukan dengan jumlah teman 5000 orang?
Anda bisa memanfaatkan mereka untuk keuntungan sendiri. Pura-pura berteman dengan maksud untuk jualan. Setelah mereka membeli besok Anda datang lagi dan menawarkan barang yang lain lagi. Bayangkan berapa omsetnya jika 10% saja dari mereka akhirnya membeli?
Tapi sungguh mati, saya tidak melihat daya tarik dari persahabatan seperti ini. Untungnya juga tidak melihat hal seperti itu terjadi di facebook.
Kalau pergi ke suatu tempat ini mata suka ngelaba. Tak tahan saja. Lirik kiri, lirik kanan barang kali ada yang perlu dikomentari dalam hati. Begitu pula saat facebooking, saya tidak pernah lupa memperhatikan baris kanan monitor. Kian hari kian banyak saja iklan bermunculan di sana. Padahal jaringan saya cuma di Indonesia. Bagaimana kalau melebar meliputi 5 benua ya?
Ini pasti tidak lepas dari begitu mengertinya team facebook menangani kondisi emosional manusia moderen. Bahwa setelah ribuan tahun terkungkung dalam pendidikan “kuno” seperti tidak boleh menonjolkan diri, pamer dsb. sekarang saatnya unjuk gigi. Ya memang facebook punya saluran pelepas stress dengan menyediakan “status anda terkini”. Sebuah kolom pendek yang memberi kemanjaan psikologis untuk kita bernarsis ria.
Saya menganut paham bahwa berkawan seharusnya dilandasi suatu prinsip saling menyukai. Khusus untuk saya syaratnya melewati batas gender, warna kulit, usia, fisik, agama/kelompok, dan status sosial. Perkawanan yang enak seharusnya memang sesederhana ini: Kalau bicara bisa nyambung. Facebook memungkinkan itu terjadi.
Banyak sebab sesorang tidak memiliki teman. Salah satunya, jika Anda bermaksud memainkan permainan zero sum games ( yang sebelah untung, yang lain rugi) dalam persahabatan. Jika saat ini hal tersebut “terpaksa” Anda lakukan, please, berhentilah! Sebenarnya Anda secara sukarela sedang melempar diri sendiri ke lautan “kesepian”? Samudera itu begitu dalam, gelap, dan hening. Disana tidak ada kehidupan yang pada suatu hari Anda pun akan ikutan malas untuk hidup.
Hayo mari kita ramai-ramai membangun persahabatan. Mulai saja dari facebook 🙂
Salam,
— Evi Indrawanto
Diva’s Arenga Palm Sugar
Organic Sugar for All Purpose Sweeteners