Tubuhnya mungil dengan penampilan sederhana. Begitu sederhanannya sehingga saya sempat berpikir dia tidak cukup kreatif memilih kemeja. Bajunya itu-itu saja. Coba googling gambar “ustadz Lihan” maka anda akan mengerti apa yang saya maksud. Disana, dalam acara-acara resmi maupun setengah resmi, malah di bukunya juga, kita akan bersua sesosok lelaki berjidat lebar memakai batik sasaringan, kain khas banjar – Kalimantan.
Ustadz Lihan menyebut kemeja sasaringannya itu sebagai baju VIP dan itu adalah baju terbaik yang dia punya. Ah!
Saya sedang tidak punya ide menulis apa untuk meng-update blog. Tapi sejak tadi kepikiran terus pada si Ustadz yang saya temui di Festival Entrepreneur Indonesia tanggal 1 Maret kemarin. Yang paling saya pikirkan bukan cara-cara berbisnisnya yang tidak biasa (kalau itu sih sudah biasa di TDA) tapi adalah cara berpakainnya. Tidak sinkron banget dengan kemampuan finansialnya .
Lalu apakah ada relevansinya bila seseorang yang mampu membeli berlian seharga 3 milyar, berinvestasi dalam bisnis penerbangan, percetakan, teknologi informasi dan masih banyak lainya dengan sehelai kemeja sederhana?
Tidak penting banget sebetulnya memikirkan ini. Mungkin lebih bermanfaat bila saya menuliskan tentang gula semut. Atau membuat proposal bisnis gula aren di Kalimantan Selatan lalu menyerahkan pada si Ustadz untuk dipelajari. Tapi sungguh mati, sejaka beberapa bulan ini sebuah dunia baru terhampar di kepala. Saya bertemu banyak orang. Dan kebanyakan dari mereka unik-unik. Ustadz Lihan dalam kalimat saya yang paling sederhana “sangat unik”
Ustadz Lihan memiliki (kalau gak salah) 13 perusahaan. Cuma 3 saja yang dia tahu dimana perusahaan itu berada. Dia membaca setiap proposal bisnis yang diajukan, kecuali melihat potensi jumlah tenaga kerja yang akan diserap, selebihnya diambil alih oleh feeling dan intuisi.
Cara berbisnis yang unik!
Salam,
— Evi Indrawanto
DIVA’S Palm Sugar
Organic Sugar for All Purpose Sweeteners