” Allah tidak akan mencobai umat-Nya melebihi kemampuan mereka” Ini salah satu hadist yang menempel erat di kepala saya. Ini mungkin semacam kalimat penghiburan. Atau bisa juga terlalu sering diulang-ulang, masuk ke dalam serabut syaraf sehingga logika saya menerimanya begitu saja. Dia akan keluar secara otomatis bila hati mulai berdialog mempertanyakan : Mengapa sih Allah repot-repot menciptakan bencana, penderitaan dan kegagalan untuk umat manusia?
Ambil contoh kegagalan. Bagi sebagian kecil orang kegagalan merupakan harga mati. Mereka mencoba sesuatu, tidak tahu dimana letak salahnya, gagal lalu menutup pintu kesempatan berikutnya dengan berasumsi demikianlah takdir mereka.
Dunia UKM yang saya masuki sekarang ini berisi kuburan massal para martir yang berhenti mencoba. Tidak akan terdengar lolongan serigala dibawah purnama disini. Tapi gemanya cukup untuk merontokan bulu kuduk mereka yang ingin masuk.
Ini hanya sedikit cerita bahwa kegagalan tidak selamanya baik bagi manusia. Alih-alih berubah menjadi tangguh mereka masuk barisan pejuang perontok semangat. Kalau kita mengatakan bahwa sesuatu bisa dikerjakan, mereka menemukan contoh hidup bahwa sudah banyak yang mencoba tapi gagal. Kalau kita mengatakan matahari pagi yang cerah itu bagus untuk warna bunga, tanpa menikmati kecemerlangannya terlebih dahulu bunga itu langsung layu dalam benak mereka.
Jadi mengapa Allah tetap menciptakan kegagalan?
Tapi apa iya Allah menciptakan konsep yang tidak akan pernah di favorit-i oleh umatnya? Bukannya kita yang telah menciptkan kegagalan kita sendiri? Kalau saya mengatakan bahwa Tuhan yang maha pencipta juga menciptakan kegagalan, bukankah itu hanya dalih dari rasa malas yang akut dan tidak mau menerima tanggung jawab terhadap sesuatu?
Ah memang repot bila banyak hal yang tidak diketahui! Lebih repot lagi kalau kita tidak tahu apa yang tidak kita ketahui. Yah salam!
Salam,
— Evi Indrawanto
DIVA’S Palm Sugar
Organic Sugar for All Purpose Sweeteners