Ilmu malas kalau dipelihara benar-benar membunuh. Kemalasan saya dalam update blog ini sepertinya melumpuhkan kemampuan menulis. Ini seperti tiket untuk mematikan sel-sel otak kanan. Menulis adalah perkara membayangkan. Dan karena saya tidak membayangkan saya juga tak punya imajinasi apa-apa. Otak tanpa imajinasi adalah otak yang mati!
Sebetulnya saya tidak punya halangan apa-apa untuk menulis segala sesuatu yang disukai. Rumah saya yang sederhana punya perpustakaan, punya laptop dan tersembung ke internet selama 24 jam. Sekalipun isi perpustakaan tak lengkap, saya tak kekurangan sumber untuk memberi roh pada tulisan. Apa lagi dengan koneksi internet 24 jam unlimited, apa saja yang tersedia di internet bisa diunduh seketika.
Setelah dipikir, pokok kemalasan menulis sebenarnya hanyalah saya takut kelihatan goblok! Takut di nilai orang! Takut hasil tulisan tidak sebagus buku-buku yang saya baca!
Goblok kan?! Memang!
Padahal apa ruginya sih kelihatan goblik? Internet ibarat kebun kangkung, subur oleh aneka blog remeh temeh. Mereka bercerita tentang apa saja. Mulai dari kucing sakit perut sampai impian pendaratan manusia di matahari. Dan untuk saat ini Indonesia merupakan negara paling merdeka dalam mengeluarkan pendapat. Disamping itu tidak akan ada pula yang membawa pisau dan menodongku agar berhenti menjadi tolil.
Disamping alasan diatas, mentalblock saya yang lain adalah tidak bisa duduk diam dan memberi kesempatan kepada neuron-neuron terhubung satu sama lain dalam merangkai kata-kata. Bisa jadi ini salah satu gejala penuaan otak. Atau bisa juga kemalasan saya kelewat akut sehingga apapun yang diteriak oleh hati nurani langsung di bajak oleh hantu yang tak mendukung transformasi diri ini.
Tapi kredit juga harus diberikan kepada diri saya tercinta. Kemarin saya berhasil memaksa diri membuat sebuah blue print sebuah tulisan. kalau saja saya memberikan sedikit energi dan bertekat menyelesaikannya, hasil tulisan ini mestinya tidak akan mengecewakan kalaupun ditampilkan di jurnal ini.
God please help me…
–Evi