Bahagia itu Perjalanan bukan Tujuan – Setiap orang ingin bahagia. Seumpama kerajaan bahagia itu berada di seberang laut, maka segala upaya akan dikerahkan untuk sampai di sana. Kalau sudah bahagia baru merasa hidup ini sempurna.
Namun benarkah dengan bahagia hidup ini sempurna? Menurut saya sih tidak! Untuk beberapa hal aku termasuk makhluk bahagia. Setidaknya sulit mengatakan mengapa saya tak bahagia? Tapi masih merasakan jauh dari sempurna.
Apakah saya kurang bersyukur? Rasanya juga bukan. Karena mengaku sebagai orang bahagia bukan berarti hidup terbebas dari aral-aral merintang. Menuju pelabuhan pun, kapal perlu menempuh laut yang tak jarang berombak dan di terjang badai.
Tak Ada Rumus Sempurna Untuk Hidup Bahagia
Sudah dari sananya tidak satupun manusia punya tiket VIP sebagai makhluk istimewa. Sama seperti orang lain, hirupan pertama oksigen tiap orang harus dengan menangis. Langkah pertama dilewati dengan merangkak dan jatuh beberapa kali. Bagitu pula saat belajar naik sepeda terpaksa mengelus rasa sakit di lutut yang berdarah. Mengemudikan mobil pertama kali telah menerima omelan orang gara-gara menyerempet kendaraan mereka tidak sengaja.
Saya sekarang sudah bisa punya SIM. Bahagia? Tentu saja karena sekarang bebas mengantar anak ke sana-kemari. Pergi belanja atau ke gym tanpa harus menunggu orang yang bisa mengantar.
Dan setelah dipikir lagi bukan karena bisa mengemudi saya bahagia, tapi berhasil melewati berbagai rintangan itu lah yang membuat SIM kelihatan sangat berharga. Bahagia itu perjalanan bukan tujuan.
Baca juga:
- Khasiat Kembang Sepatu
- Kalau harus memilih, pilih lah untuk bahagia
- Menikah Untuk Bahagia
- My Hedonism
- Kembang Sepatu
- JALAN KITA
Berharap Kesempurnaan Hidup Lewat Kebahagiaan? Camkan, Bahagia Itu Perjalanan Bukan Tujuan
Sekali lagi, hidup tidak pernah sempurna. Seharusnya tak seorangpun berniat seperti itu. Memang ada beberapa orang yang tampak istimewa. Dari luar mereka punya segala syarat untuk bahagia. Namun apa yang tampak diluar bukanlah hidup yang sesungguhnya.
Coba saja dijulur lebih dalam pasti ada saja bopengnya.Tak percaya? Coba sesekali jadi detektif dan selidiki lebih dalam kehidupan orang yang selalu menebar pesona di media massa.Pasti ada saja hal yang akan menguatkan argumen bahwa hidup bukanlah sesuatu yang sempurna.
Saya merasa bahwa Allah menanamkan semacam chips yang sangat berguna pada diri tiap orang. Saya belum menemukan letak persisnya dimana. Kadang terpikir di kepala. Kadang lagi di dada. Tapi di manapun tertanam dia berada di dalam diriku dan dirimu. Dia milikku dan milikmu. Dialah tools yang bisa digunakan untuk menangani semua ketidak sempurnaan. Chips itu saya beri nama Syukur
Dan saya percaya menikmati perjalanan selama pencarian, adalah bahagia sesungguhnya. Dengan bersyukur untuk segala hal yang mampir ke kehidupa.
Misi Menyelamatkan Mawar ke Atas Gunung
Syukur memampukan kita melihat jauh ke depan, ke dalam sudut dan perspektif berbeda. Jika terdapat batu besar yang menghalangi, Syukur menyalakan sinarnya. Memperlihatkan bahwa diatas gunung, di atas batu besar tumbuh mawar yang mati-hidupnya tergantung pada kita. Itu bisa jadi alasan kuat mengapa kita harus mendaki sampai puncak .
Tapi jalan ke sana tidak mudah, gimana?
Syukur menyalakan signalnya. Mengontak semua makhluk di alam semesta agar membukakan jalan. Tidak bisa jalan lurus yang lewat jalan alternatif. Entah kamu harus memanjat, melompat, atau merangkak. Yang penting adalah kamu bisa menyelamatkan sang mawar.
Jadi begitu lah pendapat saya untuk para pencari kebahagiaan, bahwa bahagia itu perjalanan bukan tujuan.
Ngomong-ngomong menurutmu, apa definisi bahagia itu teman-teman?
–Evi