Photo Source
Pernah dihentikan oleh sebuah suara dalam kepala? Mungkin faktor usia, atau pesan dari alam bawah sadar, bombardir dari bacaan pengembangan diri atau mungkin juga kebanyakan gaul dengan orang positif. Akhir-akhir ini sering mendengar semacam dering dalam kepala. Dia muncul setiap kali menunda pekerjaan, menolak berpikir terhadap pemecahan suatu masalah atau bahkan berpura-pura bahwa everything is okey padahal keadaan sebaliknya. Belum bisa memutuskan apakah yang terdengar itu memang bunyi benaran ataukah hanya semacam sundulan yang membuat syaraf-syaraf menegang. Pastinya setiap kali itu terjadi aku si pemilik kepala jadi tidak nyaman, gelisah bahkan kadang disertai detak jantung berantakan.
Ini pasti gara-gara kemarin-kemarin procrastination menjadi my middle name. Setiap kali berpikir hendak melakukan sesuatu, dengan kreatif pikiran-pikiran lain merubung. Susah ya? Ya sudah jangan dipikirin. Lagian ngapain sih harus melakukannya sekarang? Pan ada pekerjaan lain yang bisa didahulukan? Selain ada tuh desakan lain yang mesti diayomi. Facebook belum di buka. Email belum dibaca. Ohya kita hari ini perlu creambath dan dapur butuh beberapa botol kecap. Hayo deh pergi belanja sekarang. Kali-kali saja di jalan ketemu ide jawaban untuk semua persoalan. Dan excuses merupakan my middle name berikutnya.
Sedihnya pekerjaan yang ditunda itu seringnya adalah pekerjaan penting. Misalnya menunda membalas permintaan penawaran gula aren dari dan calon langganan. Untuk seorang pengusaha permintaan penawaran merupakan tiket VIP ke surga. Dengan berpikir bahwa besok masih ada 7 hari kerja,VIP melorot jadi reguler di ujung hari. Kadang malah hangus dengan masuknya faktor lupa! Hasil akhirnya adalah perusahaanku kehilangan kesempatan menjual sekian ton gula semut aren lebih banyak.
Apalagi dosa besar yang bisa dilakukan seorang pemilik usaha selain ditengah pelemahan daya beli seperti sekarang ini dia menunda mengeksekusi penjualan? Rasanya tidak ada! Jadi bisa dimaklumi kala santai tiba-tiba kepala berdenyut dan jantung berdebar kan? Karena aku telah mensabotase keinginan sukses yang dikirim alam bawah sadarku sendiri!!
Tapi sebenarnya mengapa sih kita suka menunda? Dalam kebanyakan kasus kita cape atau sesuatu yang akan dikerjakan itu sulit.Penundaan memberi harapan bahwa kita akan menemukan solusi dengan hasil akhir lebih baik. Penundaan jawaban atas permintaan penawaran harga seperti diatas juga berakar pada sifat perfectionis. Keinginan memberi yang terbaik bagi pelanggan. Seperti aku perlu mengetahui lebih banyak untuk proses akhir apa gula itu digunakan agar dapat memberikan spesifikasi yang tepat. Aku butuh sedikit waktu untuk probing.
Wow! Other excuses!
Salam,
Evi Indrawanto