Engkau sedang mencari jawaban hatimu kala berdiri di puncak gunung keraguan. Ditambah hamparan lembah yang membuat mata berpesta, membuat hatimu bertanya apa mata itu tak menipu. Ada juga berkantong kepenuhan batin, kepuasaan dan kegembiraan yang aneh karena belum pernah dikenal sebelumnya…Dan engkau lihat pula seluruh mimpi dan dan ziarah suci yang telah dilakukan –pengalaman hidup yang telah membuat mu lebih kuat, bijak, dicintai dan menyenangkan seperti sekarang– tergantung tepat di depan mata. Hati mu tahu itulah yang diinginkan dan itu lah selalu di rindukan. Tapi apakah itu jawaban hatimu?
Lalu tiba-tiba muncul awan perak. Dengan jari penuh kasih mendorongmu bergerak lebih maju, membuat lompatan, mengklaim berbagai pengalaman baru yang hatimu tahu bahwa itu semua milikmu. Engkau telah di undang oleh tangan kasih untuk datang dan melompat. Tapi engkau juga tahu tidak ada jaminan bahwa pengalaman baru itu akan sama indahnya seperti kau alami sekarang.
Engkau mematung sendirian di puncak keraguan itu. Bertanya tanpa ada yang menjawab, apa sebaiknya yang harus dilakukan?
Kebimbangan membesar …
Tapi baiklah. Biarkan waktu lewat. Jika engaku cukup sabar membiarkan waktu mengambil perannya maka dirimu akan sampai pada momentum hati yang terbuka…Ketika hati terbuka saat itu lah engkau menerima jawaban hatimu
–Evi