Sabtu kemarin ( 17.10.09) Valdi mengikuti test agar di terima sebagai siswa High Shool di Binus International School Serpong untuk tahun ajaran baru 2010. Cuma dua kemampuan akademis yang di uji yaitu Matematika dan Bahasa Inggris. Aku tahu bahwa dua subjek ini tidak akan membuat masalah bagi seorang anak berkemampuan seperti Valdi. Yang membuat hatiku kecut hanyalah kalau si cuek ini mengeluarkan ilmu naga geninya: ya cuek bebek itu…
Nah begitu selesai bergegas lah beta menghampiri dan menanyakan bagaimana prosesnya. Mudah atau susah? Seperti biasa bukan Valdi namanya kalau menjawab bahwa soal-soal yang diberikan kepadanya susah lalu dia tidak bisa mengerjakannya. Walau sebagian besar nilai abadinya adalah antara 7-8, sementara 5, 6, 9 dan 10 sesekali mampir sebagai pengejut dan pengobat rinduku, dengan kata lain tak ada yang perlu dikuatirkan, tak urung tercekat juga saat dia mengatakan bahwa soal grammer yang Binus berikan itu cukup merepotkan.
” Gak tahu deh apakah pernah belajar struktur grammer seperti itu sebelumnya tapi cara Binus membuat soal emang beda dengan yang biasa aku terima” Katanya. Belum sempat aku mengeluarkan rasa keki bahwa grammer bahasa Inggris sudah diajarkan kepadanya sejak TK, dia merangkulku bahaku dengan tertawa.
“Tenang Ma. Rasanya Binus cool juga. Pantas sedikit diperjuangkan. Tadi walau bingung di grammer tapi aku berkompensasi di mengarang. Pokonya aku ngocol mengeluarkan seluruh hayalan. Apalagi yang mereka minta cuma disuruh membayangkan apa yang akan aku lakukan kalau jadi presiden RI”
Aku diam saja. ” Mama mau tahu?”
Lah tentu saja aku mau tahu apa yang akan dia lakukan calon presiden RI. Lagian mama siapa lagi yang begitu gila menolak kesempatan anaknya meenjadi kepala negara…
Walau tidak persis, kurang lebih si gantengku mengatakan bahwa dia menulis seperti ini:
” Negara kita kocar-kacir seperti sekarang, gak dianggap dunia luar bahkan ada sebagian orangnya malu mengaku sebagai warga negara Indonesia ( konyol banget tuh orang –red) itu semua gara-gara pendidikan. Sistemnya sih sudah betul mengajarkan orang orang pintar tapi tetap taat pada Pancasila. Yang gak beres tuh dari cara berpikinyar. Masa selama sekian tahun dan cape-cape ngapalin rumus, ngejejelin kepala dengan yang berat-berat dan bikin stress hanya berimbal mendapat pekerjaan sih? Aku akan membangun sistem pendidikan yang juga membangun karakter manusianya menjadi prima. Pendidikan yang akan mengasah hati nurani, mensejajarkan logika dengan emosi, melihat jauh ke depan, dan terbang jauh ke atas. Pendidikan tidak harus selalu berujung pada mencari duit. Seharusnya tujuan pendidikan lebih tinggi dari itu. Tapi untuk mereka yang senang duit akan kubuat sekolah entrepreneur. Disana diberikan juga pendidikan etika agar tahu dimana dan bagaimana mendapatkan duit itu. Tidak seperti sekarang berusaha dapat duit dimana dan kapan saja, gak lihat tempat, gak lihat fungsi dan gak lihat waktu. Pokoknya duit..duit….gak masalah darimana datangnya…”
“Sebagian besar rakyat kita kan miskin bagaimana mereka mendapat pendidikan seperti itu? Valdi kan tahu untuk sekolah negeri saja sekarang duitnya kudu juta-jutaan?”
“Yah akan aku cari cara nanti gimana caranya agar negara bisa menyediakan pendidikan bermutu tapi tidak harus bayar mahal…Aku pasti dibantu banyak orang” dalam hati aku meneruskan, ” iya kau akan dibantu oleh orang-orang berhati mulia sepertimu …”
“Eh tadi aku kok lupa menuliskan tentang kemiskinan di Indonesia ya?”
Haiyaaaa…Binus memang akan rugi kalau tidak menerimamu sebagai murid nak…
–Evi Indrawanto