Ranah Minangkabau – Terletak di Sumatera Barat. Di lembah Bukit Barisan yang membujur dari utara sampai Selatan Pulau Sumatera. Di tempat itu, sejak gunung berapi sebesar telur ayam, berpuluh generasi diatasku berkembang biak. Mereka dipertemukan, kawin, beranak, bercucu dan bercicit. Lautnya biru, dengan gunung tinggi dan hijau. Tanahnya subur tapi penduduknya secara ekonomi tidak bisa dikatakan kaya. Terutama bila tolak ukurnya negeri tetangga yang sama-sama keturunan Melayu.
Ranah Minangkabau Ranah Kelahiranku
Menurut ibu aku pendiam sejak kecil. Bahkan saat keluar dari perut ibu pertama kalinya aku sudah diam. Kalau bayi lain langsung menjerit, aku cukup berbunyi “ngik” seperti anak kucing kecepit.Untuk membuatku menangis sebuah cubitan keras dari dukun beranak membuat oksigen Ranah Minangkabau pertama akhirnya masuk ke paru-paru.
Banyak kejadian pertamaku terjadi di ranah itu. Air yang diminum, nasi yang dimakan, kasih yang diterima, tanah yang dipijak berawal disana. Ranah Minang museum hidupku.
Ranah Minangkabau yang Pernah jadi Pusat Semestaku
Pada awal pertumbuhan aku menganggap bumi Minangkabau merupakan pusat alam semesta. Itu lah dunia kecil yang membantuku menarik garis antara kita dan orang lain.
Tidak semua orang merasa mengakar pada suatu tempat. Aku sebaliknya. Sosialisasi nilai-nilai Minangkabauku mungkin tidak lengkap, tapi hati sudah kadung tertambat di tanah ini. Ketika bencana gempa bumi itu terjadi aku berduka di kejauhan. Bayangkan dalam satu goyangan berdurasi 2-3 menit saja pusat alam semestaku runtuh. Dalam beberapa kedipan mata ibu kotanya Padang, Pariman dan daerah sekitarnya lebur dalam kekacauan.
Bencana di Ranah Minangkabau
Tiap kali memandang bangunan batu yang atapnya bergonjong menyerupai tanduk kerbau pikiran membawaku pada dunia fantasi. Bangunan seperti itu dalam tatap personalku sama sekali tidak terlihat originalitas keminangkabauannya. Rumah bergonjong seharusnya bertiang dan terbuat dari kayu. Sekalipun begitu tetap saja tidak rela menyaksikan sekarang mereka rubuh seperti rumah kartu.
Tapi kehancuran tidak terletak di serpihan tembok, kaca dan patahan kayu yang lintang pungkang.Kehancuran utama berada jauh di dalam sana, disebuah tempat dimana orang-orang meletakan rasa keminangannya.Gempa Sumbar memang tidak hanya di derita oleh anggota suku Minangkabau. Setiap orang yang punya ikatan emosi dengan Sumbar saat ini pasti merasa ikut porak-poranda. Tapi bencana alam ini, yang akan membuat perubahan sosial signifikan sebentar lagi, pasti lebih banyak akan mempengaruhi suku Minang yang merupakan mayoritas penduduk Sumbar.
Yah bencana ini akan membuat perubahan sosial besar-besaran di Sumbar. Sekalipun tidak terlembaga secara mapan, masyarakat yang terbiasa mengandal musyawarah dan mufakat ini tentu akan menerima pengalaman baru dari para relawan yang datang dari banyak latar belakang sosial dan budaya. Belum lagi pasca pemulihan mental maupun prasarana fisik yang membutuhkan waktu panjang. Tiba-tiba banyak pertanyaan muncul di kepala: Entah seperti apa program yang akan ditawarkan pemerintah pusat? Entah bagaimana pelaksanaannya? Entah siapa yang terlibat? Gesekan-gesekan apa saja yang akan terjadi?
@eviindrawanto