Pernah melihat lubang bekas galian yang dibuat para panambang emas tradisional? Aku pernah. Bentuknya seperti lorong tikus. Luasnya hanya sekedar bisa memasukan badan. Bentuknya meliuk-liuk menyerupai spiral. Karena penambang bekerja berkelompok maka tak jarang pada beberapa titik lorong-lorong itu berpotongan akibat penggalian yang dilakukan oleh kelompok lain. Itu akan membentuk rongga-ronga bawah tanah yang membuat struktur tanah jadi rapuh. Biasanya dari situlah bermula kisa-kisah pahit seputar runtuhnya tambang emas dan mengubur para penambangnya hidup-hidup. Spiral itu mungkin berbahaya tapi para penambang tidak punya pilihan. Mereka bekerja dengan mengikuti pola sebaran jalur biji emas atau disebut juga sebagai urat emas. Iya, sepertinya emas tidak menebar acak dan begitu saja di bawah sana. Keberadaan mereka rupanya berpola dan sukur-sulur menyerupai akar tanaman. Jadi tepat kalau jalur itu diberi nama urat emas, bukan?Mestinya ada penjelasan mengapa emas mentah itu menyebar dengan rantai berpola seperti itu Hanya aku tidak merasa perlu mencari tahu penyebabnya. Sekarang ini cukup senang menemukan analogi urat emas bisa diaplikasikan dalam bisnis maupun pekerjaan kita. Seorang penulis yang menemukan kategori untuk menempatkan karyanya di toko buku dan kemudian best seller sepertinya sedang mengikuti jalur urat emas. Begitu pula ketika pengusaha menemukan celah untuk membawa produknya ke pasar lalu pasar merespon positif, itu sama kisahnya dengan para penambang yang mengikuti kemana urat emas membawa mereka pergi. Awalnya kita melihat dalam pikiran. Lalu kita kerahkan sejumlah energi untuk mendaratkannya pada realita. Sekalipun darah dan air mata juga teman setianya tapi kita tidak dapat memberinya nama lain kecuali JALAN SUKSES. Itu lah yang membentuk wajah peradaban kita sekarang. Dan keanehannya tidak berakhir di sana. Jalan itu tidak bisa dilihat oleh semua orang tapi terbuka lebar bagi mereka yang menginginkannnya. Setelah internet, hal paling menggembirakan dalam perjalanan kita menuju abad ke-21 adalah kian tumbuhnya kesadaran bahwa kita hidup di era keberlimpahan. Pemikiran postif tidak akan sanggup menolak bahwa umat manusia sekarang ini tinggal dalam perut tambang emas raksasa. Tidak salah bila sebagian orang orang mengatakan bahwa mereka hidup dalam kerajaan Allah. Karena Setiap detik dari waktu yang kita lalui, setiap jengkal dari tanah yang kita tapak, disitulah Allah SWT meletakan urat-urat emas-Nya demi kesejahteraan umat-Nya. Urat-urat emas itu menunggu dalam kegelisahan untuk kita temukan.Salam,
–Evi Indrawanto http://gula-aren.blogspot.com http://gulasemut.blogspot.com |
<
p style=”font-size: 10px;”> Posted via email from evi-indrawanto’s posterous