Cinta dalam semangkuk mie instan merupakan cerita antara saya dan Adit.
Ceritanyasuatu pagi pas hari libur sulung kami itu memasakan semangkuk mie instan untuk saya.Sejak bisa menghidupkan kompor sendiri Adit melatih keahlian masaknya dengan mie gurih ini.
Nah kala tersaji di meja makan saya terbahak. Ini pasti sebentuk pembalasan dendam, pikir saya. Mienya cuma sedikit tapi sayurannya banyak banget. Ada buncis, daun singkong rebus, wortel dan tomat.
Waktu kami saling bersitatap rupanya dia membaca pikiran saya. Katanya : ” Iya mama gak usah cerewet. Ini mie punya pesan sponsor!”.
Air cucuran atap jatuhnya tidak kemana. Dulu sekali sebelum pandai melawan, sayuran merupakan menu wajib yang perlu Adit dan adiknya telan. Untuk urusan satu ini saya tuli oleh segala bentuk keberatan. Tidak masalah rasanya sepat, tidak peduli tidak bisa lolos di tenggorokan atau go hell rasa tidak enak. Saya hanya mengenal satu kata, telan!
Jurus lidah besi begini kadang-kadang berhasil tapi sering pula gagal. Kalau sampai di ujung putus asa, sayur yang telah dipotong kecil-kecil terpaksa bersembunyi dibawah nasi. Saya telisikan dibelakang nasi, jadi si pemilik mulut tidak begitu ngeh dalam satu sendokan itu ada pesan sponsor.
Rasa mie instant rebus Adit ternyata lumayan. Walau masih menggunakan bumbu yang terdapat dalam packingnya, dia menambahkan sedikit kecap ikan dan sedikit perasan jeruk limo. Yang terakhir ini merupakan ilmu yang dia peroleh dari sang papa.
“Enak Ko” Kataku. ” Sure! Kan dimasak dengan cinta..”
Jawabnya nyantai. Dan saya tahu, dia tidak bermaksud meledek dengan meniru kata-kata yang sudah puluhan tahun kuedarkan dalam rumah kami . Ah cinta dalam semangkuk mie instan itu sekarang mulai berbuah 🙂
–Evi