Pagi-pagi sudah hujan. Alamat tidak mencuci pakaian hari ini. Sekalipun hujan, kemarin-kemarin pernah ngotot tetap memasukan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci, toh dia punya alat pengering. Setengah kering dari sana kalau diangin-anginkan saja di bawah beranda masa tidak kering sih? Hasilnya memang kering. Tapi setelah dipakai baju-baju itu berbau tidak enak. Anak-anak komplain, bahkan si sulung SMS dari sekolah katanya kepalanya pusing mencium baju sendiri.
Sebuah situasi kadang memang tidak bisa dipaksakan. Alam punya hukum-hukum sendiri. Memaksakan kehendak membabi buta akan berakhir dalam satu ungkapan: melawan kodrat alam! Karena saya adalah bagian dari alam tentu tidak mungkin melawan hukum tersebut. Itu seperti melawan peruntukan segala sesuatu yang telah ditetapkan. Seperti melawan mata yang untuk melihat dengan menggunakannya untuk berjalan.
Tapi yang menarik adalah alam mempunyai satu kecerdasan yang kalau kita dapat memahaminya hukum-hukumnya bisa berubah menjadi tidak relevan. Kalau aku ngotot mencuci di tengah hujan, cucian kering lembab, bakteri akan tumbuh yang akan membuat my son pusing mencium baunya. Tapi kalau aku melakukan trik-trik tertentu, seperti menaruhnya di sebuah ruangan cukup kering, menghidupkan exhaust dan menyalakan sebuah lampu, baju anak-anak tidak akan bau apek begitu.
Dan itulah yang selalu membuat aku tergila-gila pada hidup. Merasakan sebuah kecerdasan yang keberadaannya tidak pernah tampak tapi senantiasa ada, tersedia setiap saat setiap kali aku mencarinya. Lalu eksistensiku sebagai manusia dilengkapi sekelumit membran kecil dikepala yang berfungsi sebagai receiver dari kecerdasan maha besar itu. Disana Allah SWT meletakan piliha-pilihan, menghargai eksistensi ciptaaa-Nya dengan memberikan kebebasan akan diapakan si receiver itu. Mau dianggurin? Boleh! Tdak ada larangan, tidak dosa, tidak akan membuat mati. Mau dimaksimalkan? Boleh juga. Memang tidak akan mati kalau chip pintar itu dibiarkan sebagai pelengkap saja dalam kepala, paling banter mati cepat karena stress sebab orang bodoh itu ongkos hidupnya besar.
Salam bahagia,
— Evi Indrawanto
http://gula-aren.blogspot.com
http://gulasemut.blogspot.com
<
p style=”font-size: 10px;”> Posted via email from evi-indrawanto’s posterous