Saya memberi ruang terhadap lebai-lebai kecil dalam hidup. Seperti habis nonton film (Twillight) merasa jatuh cinta kepada Eward Cullen. Membayangkan diajak terbang pacaran dengan vampire diatas pohon, kayaknya gimana gituuuu…:)
Terus mau mendengar lagu jadul?
jatuh cinta berjuta rasanya
biar siang biar malam terbayang wajahnya
jatuh cinta berjuta indahnya
biar putih biar hitam manislah nampaknya
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
dia jauh aku cemas tapi hati rindu
dia dekat aku senang tapi salah tingkah
dia aktif aku pura-pura jual mahal
dia diam aku cari perhatian
oh repotnya …… Eddy Silitonga
Saya masih kelas 5/6 SD kala Eddy Silitonga di puncak ketenarannya menyanyikan lagu Jatuh Cinta ini. Hampir tiap hari TVRI dan radio memutarnya. Jadi walau gak ngerti-ngerti amat apa maksud syairnya, anak-anak seusiaku pasti tahu lagu ini dan bisa menyanyikan barang satu-dua baris.
Topik cinta emang takan pernah habis dibahas. Karena cinta sendiri adalah sumber inspirasi. Generasi kuno telah melahirkan banyak karya yang beberapa diantaranya bertahan sampai sekarang. Kawan ingat kisah romantic Romeo-Juliet kan? Itu mahakarya betapa cinta teragung di menara gadingnya. Begitu pula dengan generasi saya dan setelahnya, selama langit masih diatas, cinta akan tetap memaniskan maupun memahitkan kehidupan kita.
Apa yang terjadi?
Sebenarnya apa yang terjadi saat kita jatuh cinta? Mengapa begitu merepotkan? Dan apakah benar cinta itu adalah misteri?
Mari kita lihat pada ilmuwan yang tergabung dalam kelompok Darwinians yang membuat penelitian terhadap evolusi psikologi umat manusia. Mereka menghadirkan berbagai fakta menarik seputar hormon dalam tubuh manusia. Salah satunya tentang arus amfetamin yang merangsang saraf-saraf. Hormon ini memberi penjelasan mengapa khasanah cinta romantisme bukan misteri sama sekali.
Cinta itu Kerja Hormon
Saat jatuh cinta kita sedang tercebur pada arus amfetamin alami yang mengalir di pusat emosi dalam otak. Banjir amfetamin ini lah yang menimbulkan perasaan riang, bersemangat, dan tiba-tiba kita jadi kreatif . Coba bayangkan, saat cinta melanda begitu mudah bagi merangkai puisi, bukan? Amphetamine juga merubah persepsi. Yang muda merasa lebih dewasa sedangkan yang dewasa akan merasa muda. Ekstase cinta yang terletak di pusat saraf ini membuat kita serasa terbang cepat ke puncak dunia.
Seiring perjalanan waktu saraf akan kelelahan lalu membangun barikade terhadap amfetamin. Ketika itu terjadi syaraf imun terhadap hormone ini. Sampai di tahap ini kita berhenti mengigau dan kembali melihat realita.
Kisah selanjutnya….
Bersamaan surutnya arus amphetamine, ilmuwan melihat kehadiran endhorpine, semacam morfin tubuh alami yang membuat emosi manusia jadi nyaman, tenang dan kalem. Di tahap akhir periode keliaran ini, bila tidak terjadi kecelakaan atau putus hubungan selama proses turun, manusia masuk ke tahap ketergantungan (attachment) terhadap sesuatu. Kita terus terjun ke bawah dan kebawah hingga akhirnya masuk ke rutinitas harian, membesarkan anak, bangun untuk berangkat kerja tiap pagi, berpartisipasi dalam komunitas – yang kesemuanya tidak bisa dilakukan kala tripping di bawah pengaruh amfetamin.
Tapi jika benar jatuh cinta hanyalah perkara hormon, yang paling menarik untuk saya adalah mengapa kita jatuh cinta pada orang tertentu dan bukan pada yang lain? Apa yang menyebabkan seseorang bisa menghidupkan arus amfetamin dalam sistem saraf kita sementara yang lain tidak?
Jawabnya pasti akan panjaaaaaaaaaaang sekali. Pasti bisa di sorot oleh berbagai sudut pandang, ilmu pengetahuan, spiritual modern maupun agama. Karena tidak ada yang mendesak, saya juga tidak akan mencari jawabnya buru-buru. Pelan-pelan saja sambil menikmati perjalanan hidup, di ujung, yakin, pasti bertemu jawabnya. Lagi pula mempertanyakan ini juga tidak penting.
Salam,
— Evi