Nilai adalah Persepsi-Strategi Penetapan Harga – Ada satu cerita sangat berkesan di benak dari beberapa kali mengikuti kelas Pak Herry Soebiantoro di Pusdiklat Perdagangan Sawangan -Depok. Yaitu seputar produk furniture ekslusif yang kalau tidak salah ingat idenya berasal dari merek Castelli van Klender. Sekalipun hasil contekan, barangnya bagus luar biasa. Lalu dijual lah dengan harga Rp.2.500.000/set dan ditempatkan di Pasar Pramuka.
Tunggu punya tunggu sekalipun sudah 8 bulan mejeng di show room, barang tersebut tidak kunjung laku. Kemudian bertemulah sang produsen dengan seorang pemasar. Dia di suruh menaikan harga beberapa kali lipat dan lokasinya di pindahkan ke Fatmawati. Di tempatnya yang baru furniture yang sama tapi sekarang di jual dengan harga 8 juta/set, dalam satu bulan langsung terjual.
Nilai Barang Tak Lain Dari Persepsi
Cerita favorite ini sengaja diulang-ulang Pak Herry kepada kami. Terutama ditujukan kepada para pengusaha UKM yang mengadobsi mahzab produk yang laku di pasar harus dijual dengan harga murah. Dan dari sanalah cerita kemudian bergulir. Bahwa tidak semua produk cocok untuk semua orang. Berarti tidak setiap produk harus di jual dengan harga murah. Tergantung segmen pasarnya, bos!
As simple as that! Jadi kalau ada yang mengatakan Arenga palm sugar terlalu mahal, mereka bukan konsumen pemanis organik ini dong ya 🙂
Marketing Mix dan Strategi Penetapan Harga
Ilmu pemasaran mengenal istilah marketing mix. Mereka adalah 4 elemen yang disebut Product (produk), Price(harga), Place(tempat) dan Promotion(promosi).
Di tahap penjulan pertama di Pramuka, produk furniture itu sudah bagus tapi salah tempat dan salah harga. Karena faktanya memang begitu, harga trgantung di segmen mana satu produk/jasa di tempatkan.
Orang hanya akan rela mengorbankan sejumlah uang sepanjang produk/jasa memuaskan kebutuhan mereka secara psikologis. Jika di segmentasi geografis meletakan daerah Pondok Gede sebagai pasar menengah ke bawah, maka furniture seharga 2,5 juta mungkin dianggap masih terlalu mahal.
Dan ketika Pondok Indah di letakan di wilayah pasar menengah atas furniture 8 juta/set tidak akan dianggap sebagai barang mahal. Dalam pelatihan Strategi Menetapkan Harga kemarin, elemen harga (price) inilah yang dikupas habis untuk di terapkan pada produk UKM.
Persepsi dan Harga
Dan harga adalah nilai yang dilekatkan pada satu produk/jasa. Harga mempunyai banyak nama: harga, biaya, sewa, tuition, pajak dan tarif.
Di dunia bisnis harga merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan langsung dengan pendapatan perusahaan. Secara lekat harga mendukung 3 varibel marketing mix lain seperti product, place and promotion.
Sementara nilai adalah persepsi yang melekat pada pembeli. Seberapa keberhargaan satu produk/jasa yang ditawarkan hingga dianggap pantas oleh pembeli. Dengan kata lain nilai didapat dari manfaat dan dikurangi biaya yang harus dikeluarkan.
Jadi, harga yang tepat merupakan kesesuaian antara nilai dalam benak konsumen dengan harga yang ditawarkan.
Contohnya, untuk kategori gula semut, Arenga organic palm sugar itu termasuk pemanis mahal. Terutama kalau dibandingkan gula pasir. Kalau dibandingkan dengan madu sih tidak.
Harga Gula Semut Aren Arenga Indonesia
Mestinya biaya produksi gula semut kurang lebih di manapun mereka dibuat. Tapi Arenga Organic Palm Sugar keluaran Arenga Indonesia kasusnya sedikit beda. Produk Arenga Indonesia disadap dari tanaman aren liar . Keorganisannya dijamin badan sertifikat Indonesia yang terakreditasi.
Begitu pula selama proses penyadapan nira sampai menjadi produk gula semut organik yang siap konsumsi, paguyuban perajin yang bernaung di bawah Arenga Indonesia tidak melibatkan unsur kimia sintetis apapun. Baik untuk pengawet maupun alat bantu produksi lainnya.
Begitu pula saat finishing di pabrik kami di Tangerang, tidak secuil bahan kimia yang masuk ke dalamnya. Oleh karena itu Innofice tidak ragu mengeluarkan sehelai sertifikat yang menerangkan bahwa Arenga Organic Palm Sugar adalah gula aren organik.
Apalagi jika konsumen juga tahu bahwa biaya sertifikasi organik sendiri tidak lah murah, apa lagi harus diaudit setiap tahun.
Menentukan Segmen Pasar
Jadi sebelum menggelontorkan produk/jasa ke pasar, ketehuilah terlebih dahulu nilai produk yang akan di persepsikan oleh konsumen. Sebuah produk/jasa yang dipersepsikan murah tidak akan bisa dijual mahal. Begitu pula produk yang dipersepsikan mahal tidak akan di beli kalau di tawarkan murah.
Faktor inilah salah satu jawaban mengapa Gucci atau Nike atau merek fashion terkenal lainnya lebih suka menghancurkan produk BS dan tidak lakunya ketimbang menjual dengan harga discount. Semoga cerita pendek saya tentang Nilai adalah Persepsi-Strategi Penetapan Harga bisa membantu teman-teman.
Baca juga :