Apa yang saya tulis tentang instrospeksi diri perempuan ini tidak berlaku untuk semua wanita. Cuma beberapa saja, terutama yang paling saya kenal 🙂
Untuk beberapa perempuan itu kalau sudah sampai di depan cermin, tidak ada hakim yang paling kejam kecuali diri sendiri. Alih-alih memberi salam, mengucapkan kata aku mencintaimu, mereka lebih suka melihat jerawat yang tiba-tiba saja menclok di dagu. Bintik-bintik hitam di pipi, kulit yang tidak sekinclong bintang Pond’s, rambut yang tidak secantik bintang Sunsilk. Kenihilan dari semua yang dimiliki celebrity tiba-tiba mendatangkan kesengsaraan yang tidak masuk akal.
Itu saja belum cukup. bagi yang berumur, mereka mengeluh pada lengan yang menggelambir, pada gelembung di betis dan paha, pada perut yang suka menonjolkan diri, pada pinggang yang tidak semampai milik Cindy Crowford..
Sound familiar? Apa mau di kata. Kampanye dari majalah hiburan, TV, koran dan radio merasuk merasuk begitu dalam mendikte definisi kecantikan wanita Indonesia. Mereka sulit mengaku cantik bila tidak muda, tubuh tidak tinggi dan langsing, kulit tidak putih mulus dan rambut tidak hitam mayang terurai.
Bila di satu pihak banyak perempuan terkalahkan lewat penanaman rasa rendah diri, di pihak yang lain, ada sekelompok orang membuka botol sampagne merayakan kemenangan. Mereka itu disebut Marketers. Bekerja dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja. Kita akan menemui mereka di di media massa, di biro-biro iklan, dan di badan-badan riset . Dimanapun mereka berada pada ujung-ujungnya bermuara dalam industri kecantikan. Dalam industri ini perputaran uang tidak terkatakann besarnya.
Tapi segala sesuatu dalam peradaban punya peran dalam porsi masing-masing. Satu bidang akan mempengaruhi bidang yang lain. Tidak ada yang salah pada marketers maupun ilmu marketing. Ilmu ini sendiri sudah setua peradaban manusia. Sejarah perekonomian bahkan tidak akan berkembang seperti sekarang kalau bukan karena kerja keras mereka. Mereka lah yang membuat pertukakaran terjadi. Industri berkembang biak melintasi benua. Seseorang yang tadinya tidak begitu mengerti akan kebutuhan sendiri tiba-tiba tercerahkan setelah melihat bill board di tepi jalan.
Lagi pula tanpa marketers dunia ini akan garing. Apa menariknya belanja barang atau jasa cuma sesuai fungsinya. Kalau setiap orang beli HP cukup sebagai alat komunikasi berjalan, kita tidak akan pernah mengenal Blackberyy dan Ipad. Begitu pula ketika mobil hanya diperlukan sebagai alat berpindah, tidak akan ada Mercedes, BMW, Ferrari, Mustang dll.
Jadi yang ingin saya katakan adalah, biarkan dunia bergerak kemanapun angin membawa pergi. Peradaban harus berkembang dan industri harus makin efisien. Malah beberapa orang dilahirkan untuk mengemban tugas ini. Kita, kaum perempuan berdaulat atas tubuh sendiri. Kalau memang pergi ke salon dan merawat kecantik menyebabkan kita nyaman dan di terima dalam pergaulan tetap lah lakukan. Begitu pula dengan pemakain cream-cream kecantikan, kalau itu bisa mengimprove penampian, mengapa tidak. Dengan halnya operasi plastik, kalau memang mampu dan bersedia membayar rasa sakitnya, ya monggo..
Hanya lakukan lah semua itu di batas-batas kewajaran. Alih-alih menghabiskan dana untuk janji cream-cream kecantika, suntikan, vitamin, dan perawatan yang tidak jelas, apa tidak sebaiknya duit itu dialihkan untuk merawat kecantikan di dalam? Beli buku dan membantu mereka yang sedang membutuhkan misalnya. Sejarah belum pernah mencatat bahwa dunia di pengaruhi oleh kecantikan fisik perempuan. Kalau lah mengambil contoh kepada Cleopatra dan Ratu Nefertiti (keduanya dari Mesir), atau Matahari yang terkenal sebagai mata-mata, pengaruh mereka terhadap catatan sejarah dunia, itu bukan karena kecantikan fisik semata. Peran mereka lebih kepada bobot otak dan karakter ketimbang kehalusan kulit dan kakangan paha.
Lagi pula kecantikan fisik tidak akan dimiliki perempuan untuk selamanya. Akan datang masanya ketika kosmetik dan vitamin-vitamin berhenti bekerja. Bukan kah sekarang masa yang paling tepat untuk memindahkan kecantikan luar ke dalam? Dengan begitu kita akan legowo menyaksikan masa muda itu lewat. Kita tetap pribadi yang bahagia, karena begitu sampai di hati, kecantikan itu akan abadi.
Salam,
–Evi