Artikel menarik tentang kolang-kaling penyeimbang menu berlemak. Bisa dimanfaatkan saat ramadhan, hari raya, maupun digunakan sehari-hari. Artikel berikut merupakan capas-an dari majajalah senior tahun 2005.
Di hari Lebaran, kolang-kaling bisa jadi hidangan yang menawarkan warna dan rasa berbeda. Selain menyegarkan, manisannya mudah dibuat dan kaya serat. Jadi, bisa mengimbangi hidangan Idul Firi, yang umumnya tinggi lemak.
Apa hidangan andalan keluarga Anda di hari Idul Fitri? Opor ayam, ketupat, dan aneka kue, tampaknya sudah rutin Nadir di meja makan. Hidangan tersebut sudah dapat dipastikan juga hadir di meja makan tetangga dan kerabat Anda.
Bila Anda ingin tampil beda pada Lebaran tahun ini, buat saja manisan kolang-kaling. Caranya sangat mudah. Dengan mengikuti petunjuk pada tulisan, ini, Anda akan menghasilkan suatu karya seni yang sangat kreatif dan lezat rasanya. Bersiap-siaplah siap-siaplah menerima pujian dart tamu yang Nadir, termasuk dari anggota keluarga Anda sendiri.
Kolang-kaling disukai karena teksturnya yang kenyal, sedikit lebih keras dari sari kelapa (nata de coco). Rasa kenyal yang sangat khas tersebut memberikan sensasi tersendiri bagi siapa saja yang mencicipinya. Selain manisan, kolang-kaling juga dimanfaatkan sebagai bahan pencampur minuman dingin (es campur atau es shop), sekoteng, kolak, buah kaleng, salad, dan makanan ringan lainnya.
Di bulan puasa atau menjelang hari raya, permintaan kolangkaling meningkat tajam, sehingga harganya jadi agak mahal. Olahan kolang-kaling dalam bentuk tuk manisan juga digemari orang asing, sehingga jika ditangani dengan baik niscaya dapat dijadikan mata dagangan ekspor ke manca negara.
Konon selama perang Vietnam berlangsung, tentara Amerika gemar mengonsumsi kolangkaling yang diawetkan di dalam kaleng.
Tanaman Aren
Pohon aren atau enau merupakan tanaman tahunan yang berumur panjang, sehingga dapat climanfaatkan setiap saat, tanpa tergantung musim. Nama Latin dari tanaman ini adalah Arenga piruiata MERR yang merupakan salah satu anggota famili Falmaceae.
Menurut sejarahnya, tanaman ini berasal dari Asia Tenggara. Tanaman ini tersebar luas di berbagai negara tropis, seperti Laos, Filipina, Malaysia, Pantai Timur India, Kamboja, Bangladesh, Vietnam, Birma, Sri Lanka, dan Indonesia.
Di Indonesia, tanaman aren sejak lama sudah dikenal di seluruh wilayah. Hal ini terbukti dari banyaknya nama daerah yang digunakan untuk menyebut tanaman ini. Heyne pada tahun 1950 mencatat sekitar 150 nama daerah.
Umumnya pohon aren tumbuh secara liar, tanpa upaya pembudidayaan. Hambatan utama dalam membudidayakan tanaman ini adalah lamanya waktu perkecambahan biji, akibat kulitnya yang keras dan tebal.
Di beberapa daerah di Indonesia, ada penduduk yang dengan sengaja menanam pohon areri dengan cara memindahkan anakan yang berasal dari sekitar tanaman induknya atau yang berasal dart buah aren yang disebarkan oleh musang, babi hutan, monyet, dan sebagainya. Hewan tersebut tidak dapat mencerna buah aren dengan baik, sehingga keluar bersama fesesnya dalam bentuk yang masih utuh. Jika lingkungan memungkinkan, biji tersebut akan berkecambah dan tumbuh subur menjadi tanaman aren.
Serba Guna
Tanaman aren merupakan pohon serba guna karena hampir seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan untuk berbagal keperluan. Akarnya dapat digtunakan sebagai pembuat cambuk dan anyaman; belahan batangnya untuk saluran air, wuwungan atap, tongkat, atau galar-galar.
Umbutnya enak dimakan sebagai sayuran; lidi untuk sapu dan keranjang; daun muda untuk pembungkus rokok; ijuk untuk tali, sapu, atap dan sikat; empulur batangnya dapat diolah menjadi sagu. Niranya dapat diolah menjadi gula merah, tuak dan cuka; sedangkan bijinya dapat diolah menjadi kolang-kaling yang lezat.
Walaupun sama-sama dapat menghasilkan sagu. tanaman aren berbeda dengan tanaman sagu. Tanaman sagu membentuk rumpun, sedangkan arena tidak. Aren mempunyai banyak ijuk hitam yang menutupi seluruh batangnya, sedangkan pada sagu hanya di pinggiran pelepah daunnya.
Tanaman aren termasuk berumah satu, yaitu memiliki bunga betina dan bunga jantan dalam satu pohon yang sama.
Bunga aren merupakan monocious-unisexual, artinya bunga jantan dan bunga betinanya terpisah pada masing-masing tandan, dengan rangkaian bunga yang menggantung.
Bunga aren tumbuh secara basifetal, yaitu bunga yang paling awal tumbuh (paling tua) akan terletak di dekat batang. Bunga yang lebih muda akan tumbuh pada ruas berikutnya menuju ke arch ujung bawah.
Bunga jantan biasanya dimanfaatkan sebagai sumber nira (amok pembuatan gala merah), sedangkan bunga betina dibiarkan tumbuh terus menjadi buah. Dan buah inilah nantinya diperoleh kolang-kaling.
Buah aren dalam jumlah banyak bergantung pada tandan yang bercabang dengan panjang sekitar 90 cm Dalam satu pohon bisa terdapat 4 sampai 5 tandan buah, masing-masing dapat mencapai berat sekitar 100 kg.
Buah aren berbentuk segitiga atau bulat lonjong. Kulit buah ketika masih muda berwarna hijau tua atau hijau kebiruan. Saat tua berwarna kuning atau kuning kecokelatan. Daging buah berwarna kuning keputihan dan lunak, dapat menimbulkan rasa gatal jika mengenai kulit karena mengandung kristal kalsium oksalat yang berbentuk janzm.
Di dalam daging buah terdapat biji berukuran cukup besar, kenyal, dan berwarna putih. Biji yang masih muda menyerupai tulang rawan, kemudian berubah menjadi berwarna abu-abu putih dan mengeras setelah tua. Pada setiap buah aren, umumnya terdapat tiga buah biji dengan ukuran panjang antara 2,5 – 3,5 cm dan lebar 2,0 – 2,5 cm
Cara Mendapatkan
Buah aren yang baik untuk diolah menjadi kolang kaling adalah buah setengah matang yang berumur sekitar 1 sampai 1,5 tahun atau lebih. Buah yang terlalu muda akan menghasilkar kolang-kaling yang sangat lunak sedangkan yang terlalu tua akar menghasilkan kolang-kaling yan; terlalu keras dan berserat.
Pemanenan buah dari pohonnya dapat dilakukan dengan cara mengikat tandan buah dengan.tali, kemudian tangkai buah dipotong dengan golok . sehingga tandan buah menggantung. Dengan cara mengulu tali pengikat, buah akan turun perlahan-lahan menyentuh tanah.
Buah yang telah dipanen selanjutnya dibakar di tengah tumpukan kayu kering, sampai kulit buah hangus. Pembakaran ini dimaksudkan untuk memudahkan pelepasan biji clan menghancurkan kristal-kristal kalsiun oksalat yang dapat menimbulkan rasa gatal pada kulit.
Cara lain untuk memperoleh kolang-kaling adalah dengan merebus buah aren di dalam drum. Perebusan dilakukan sampai warna buah berubah dari hijau tua menjadi hijau pucat kekuning-kuningan. Biji dapat diperoleh dengan cara mengupas bagian kulitnya menggunakan pisau.
Biji yang diperoleh kemudian ditumbuk dengan batu sampai pipih, selanjutnya dicuci dan direndam di dalam air bersih selama beberapa hari (3 sampai 4 hari) supaya mengembang. Setelah itu kolang-kaling dicuci kembali dengan air bersih clan siap untuk dimakan atau dipasarkan.
Komposisi gizi kolang-kaling tergantung kepada proses pengolahannya, yaitu secara perebusan atau pembakaran.
Sumber: Senior
Food: Tuesday, 25 Oct 2005 10:21:26 WIB