Walau berusaha keras, perempuan itu tidak mampu mengendalikan gigilan di tubuhnya. Dia coba menghadirkan oksigen ke paru-paru dengan harapan tubuhnya tidak terlalu berkhianat dalam mempermalukan diri sendiri. Satu kali, dua kali, tiga kali..Tidak ada hasilnya. Malah setengah geli dia teringat ketika dituntun oleh seorang perawat ketika melahirkan anak-anaknya. Hirup – tiup, hirup tiup. Akhirnya dia pasrah. Memberikan kepada waktu kemana nasib membawa diri selanjutnya.
Ketika tampaknya otak terlalu sibuk mengeluarkan berbagai hormone, sehingga sulit menerima perintah lain, dia menikmati usapan lembut di bahunya yang terbuka. Dia pasrahkan ketika jari-jari panjang itu turun ke dadanya. Dari luar terdengar hembusan angin lirih, beradu di perdu kelopak-kelopak teh. Cicit tengkorek sudah lama menghilang. Mungkin mereka sudah tertidur lelap bersama keluarganya atau lebih suka meratapi malam ini dalam keheningan? Atau seperti kata Rumi, “ Di dalam kebun cinta yang tidak berujung, kesedihan dan kegembiraan hanyalah satu” Jadi memang tidak guna ada suara-suara. Deburan dua jantung saja sudah memekakan telinga.
“ Tahu mengapa Aprhodite tidak pernah tua?”
Sang kekasih menggeleng dengan meraih kepala perempuan itu lalu menyandarkan di dadanya.
“ Karena dia selalu menikmati malam-malam seperti ini”
Ide itu membuatnya cekikikan sendiri. “ Atau mungkin juga Apollo selalu menjagakan api di Olimpus untuknya..” Napasnya hampir berhenti saat menyelesaikan kalimat ini.
Dia merasa tidak pernah menjadi perempuan cerdas, namun saat lelaki itu memasuki tubuhnya, dia langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Kahlil Gibran “ geletar kelopak bunga bakung, merekahkan dirinya di bawah tekanan angin..”
“ Ya Allah, Engkau lah yang memberi rahmat untuk setiap fajar yang bersinar dari Timur… Yang meluapkan pancuran air dari sinar matahari… Tolong selamatkan aku dari kutuk ini!!” Pekiknya lirih…
Detik berlalu, jemarinya mencengkeram erat kegelapan malam. Tapi dalam kerelaan itu bersama aroma mawar yang memabukan dia menikmati tuntunan menuju puncak Olimpus .