Maafkan saya ibu, anak yang kurang berbakti, sering mengecewakanmu dan tak selalu menurut apa kehendakmu. Hari ini sedih sekali. Entah angin mana yang berhembus sehingga saya menyadari betapa sedikit yang bisa dilakukan dalam membalas jasa-jasamu. Ah maafkan saya ibu, maafkan kekerdilan anakmu ini.
Mengapa jadi sedih begini? Well, pagi-pagi tadi dapat telepon dari ibu. Dengan ceria beliau menanyakan masak apa saya hari ini. Masak apa? Duh mata saja masih sepet boro-boro mikirin masak apa hari ini. Jadi dengan suara mengantuk plus malas-malasan saya jawab : “ Belum kepikiran Bu, rohnya saja belum ngumpul..”
Untuk beberapa saat cuma keheningan yang terdengar dari seberang sana. Mestinya saya waras dan berpikir, mengapa ibu tiba-tiba diam? Duh ternyata tidak tuh! Sepertinya kedurhakaan telah membuat otak mampet! Tapi tak lama Ibu berkata lagi (tetap dengan suara ceria) “ Gimana kalau nasi goreng sosis pakai nanas. Ibu ingat kalau Evi yang masak menu ini pasti enak “
Iya nasi goreng sosis bikinan saya memang tekenal enak dalam keluarga. Namun itu tak penting karena kedurhakaan saya tetap berlanjut. Nah saat itu saya benar-benar ingin mengakhiri pembicaraan dengan Ibu. “ Ya lah Bu, nanti saja mikirnya. Masih ngantuk nih. Sudah ya..…”
Saya cukup pintar untuk tahu bahwa saat itu Ibu sudah merasa kalau di tolak. Tapi ibu tetap mempertahankan intonasinya. Setelah sedikit lagi ngomong ini dan itu akhirnya telepon terputus. Sepuluh menit kemudian baru lah kabut mentalku diangkat Tuhan. Kalimat kalimat terakhir Ibu terus saja terngiang-ngiang, “ Tadi ibu kangen saja kok…”
Untungnya Ibu masih ada disana saat saya menelon kembali. Terdengar dia gembira banget menyambut panggilan saya. ” Maafkan saya ibu ”
Sekali lagi maafkan saya ibu..
Dan terima kasih juga kepadamu ya Allah. Saya memang sering “slengek’an” tapi Engkau membuat hidup ini tetap ramah kepadaku. Cintamu membuat aku bergelimang cinta.. Apa jadinya kalau kesadaran sepuluh menit tadi tumbuh bertahun-tahun kemudian? Atau setelah Ibu tiada? Saya pasti akan membawa beban rasa bersalah ini seumur hidup. Terima kasih ya Allah karena mengingatkan saya di waktu yang tepat. Amin
— Evi