Icarus yang terbang ke matahari dan rela terbakar dalam memenuhi rasa ingin tahunya. Satu cerita mitologi Yunani yang paling pas untuk menggambarkan ambisi manusia.. Foto source
Kita akan selalu kecewa bila menanamkam ideologi dalam kepala bahwa sukses adalah tujuan dari hidup. Sukses bukanlah tentang tempat tujuan, sukses adalah tentang ” bagaimana ” melakukan perjalanan untuk mencapai berbagai tempat tujuan. Seperti kata orang bijak SUCCESS IS A JOURNEY NOT A DESTINATION.
Jika seseorang dijuluki orang kaya secara harfiah, otomatis mereka akan disebut juga sebagai orang sukses. Kesan sekilas, julukan sukses datang dari seberapa banyak harta yang telah dikumpulkan. Sebetulnya bukan begitu. Kalaupun kelimpahan harta dapat dijadikan sebagai salah satu parameter sukses, fondasi sukses itu sendiri tidak dibangun dari sana. Seperti kata Aa Gym harta hanyalah efek dari sebuah sukses, bukan sukses yang sebenarnya.
Lalau apa yang telah terjadi?
Jawabnya harus dicari kedalam hakikat diri manusia.
Manusia diciptakan sebagai Khalifah di muka bumi. Tugas khalifah adalah sebagai pemimpin dalam penjelajahan alam semesta dan bukan menemukan satu tempat lalu berkemah dan menunggu ajal di sana. Dengan kata lain, kekhalifahan adalah tentang perjalanan suci, untuk mengungkap mistery, menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan, menyentuh hidup orang lain agar lebih baik, lalu menggunakannya untuk mengungkap keagungan Si Pencipta.
Sementara itu, jangankan mengungkap rahasia alam semesta, bumi kecil ini saja menunggu dalam gigil untuk diungkap rahasianya. Masih sedikit yang kita tahu tentang bumi cantik ini. Setidaknya begitulah pemahamanku setelah membaca National Geographic semalam yang membahas riwayat hidup dan karya seorang naturalis kelahiran Jerman, Franz Wilhem Junghuhn.
Kepada Junghuhn lah kita berterima kasih bahwa sekarang bisa jalan-jalan ke Kawah Putih. Kawah belerang di Gunung Patuha ini telah dibungkus misteri selama berabad-abad sampai Junghuhn datang menyingkap mitos bahwa Puncak Patuha amat angker sehingga burungpun enggan terbang diatasnya. Kunjungan Junghuhn membuat orang paham bahwa burung memang enggan terbang diatas kawah karena tidak tahan mencium aroma belerang yang menyengat.
Masih banyak lagi kisah-kisah heroik Junghuhn dalam mengungkap isi alam pulau Jawa. Karya yang patut membuat kepala kita tertunduk sejenak mendoakan kelapangan kuburnya.
Yang ingin aku tegaskan disini adalah, untuk melengkapi Kahlifah-NYa menjelajahi alam semesta yg aku pakai sebagai analogi dari kehidupan, Tuhan telah menancapkan satu chips canggih ke dalam hati umat manusia. Perlengkapan yang akan membuat pengembaraan lebih baik. Chips powerful yang telah membentuk wajah peradaman seperti sekarang. Dia adalah penyebab bangkit dan runtuhnya sebuah negarara atau dinasti, alasan tumpahnya darah dan air mata, yang bertanggung jawab terhadap cinta dan dendam. Chips itu bernama : AMBISI.
Ambisilah yang mendasari mengapa sukses tidak dapat disebut sebagai tujuan. Sebab setelah manusia berhasil mendapat atau menyelesaikan sesuatu, mereka menginginkan yang lain. Bahkan ketika keberhasilan-keberhasilan itu semakin banyak manusia tambah tidak bisa dihentikan. Sukses itu seperti nikotin dalam rokok, menyebabkan kecanduan. Kaum pesimis mengatakan ambisi umat manusia itu seperti sumur tanpa dasar. Ada benarnya! Ttapi tidak dalam konteks negatif.
Allahu ‘alam bishawab