Entah mengapa, aku selalu terusik bila seseorang  menghubungkan bencana alam dengan kemarahan. Entah kemarahan Allah SWT atau kemarahan alam. Memang banyak bencana diakibatan ulah manusia, tapi itu tidak lebih dari peritiwa sebab akibat. Allah telah merancang segala sesuatu dengan fair, jika engkau melakukan ini akibatnya akan begitu.
Alam semesta ini adalah sebuah sistem raksasa. Bekerja berdasarkan hukum sebab akibat. Perisitwa yang baru terjadi karena  peristiwa sebelumnya. Yang baru terbentuk dari yang lama. Kerapian kerjanya  tidak memungkin apapun — baik peritiwa atau gejala — terpelanting keluar dari rotasi dan membentuk sistem sendiri yang sama sekali baru. Kalau itu terjadi lingkupnya mungkin harus keluar dari dimensi ruang, waktu dan bentuk yang saat ini dikenal oleh pikiran manusia.
 Coba menukik kebawah, lihat lah sub-system2 mikro tak terhingga  yang membentuk sistem raksasa tadi. Berbermain-main lah dengan imajinasi, bersuka-sukalah menggunakan sudut pandang baru disini.
Apakah dengan mengatakan  bahwa sub-sytem mikro tak terhingga ini yang membentuk sistem raksasa atau kah sistem raksasa yang menbetuk sub-system mikro. Sudut pandang apapun yang dipilih sistem raksasa tetap disana, bekerja mengikuti guide lines yang telah dirancang secara amat cerdas oleh … ( sebutkan saja suka-sukamu, Allah, Tuhan, Dewa..Maha Pencipta, dll…
Menyenangkan bukan bermain-main dengan sudut pandang?
 Nah, mumpung bencana alam sedang terjadi kembali berupa  gempa dan Tsunami di Mentawai serta  letusan gunung Merapi di Jogja, mari kita buktikan teori sistem ini.
 Menurut ilmu pengetahuan negara kita mengambang diatas permukaan yang  disebut Ring of Fire (Cincin Api). Menurut link yang aku copas , ini adalah sebuah  zona dimana terdapat banyak aktifitas seismik. Terdiri dari busur vulkanik dan parit-parit (palung) di dasar laut. Cincin Api ini yang panjangnya lebih dari 40000 km, terbujur dari barat daya Amerika Selatan dibagian timur, melewati gugus Indonesia,  hingga sampai  ke sebelah tenggara benua Australia di sebelah barat.  Di atas zona inilah banyak terjadi gempa dan letusan gunung berapi. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang Cincin Api ini.
 Untuk lebih jelas, wilayah Indonesia merupakan pertemuan empat lempeng besar di dunia yaitu lempeng Indo Australia, Eurasia, Filipina, dan Pasifik. Setiap tahun antar lempeng akan berubah posisi dan ukurannya  dengan kecepatan 1-10 cm per tahun. Jika terjadi desakan antar lempeng secara horizontal, maka terjadi gempa bumi, namun apabila terjadi desakan antar lempeng secara vertikal maka akan terjadi letusan gunung berapi.
 Ketika lempeng bumi bergerak dapat terjadi tiga kemungkinan :
* lempeng-lempeng bergerak saling menjauhi sehingga memberikan ruang untuk dasar laut yang baru.
* lempeng saling bertumbukan yang menyebabkan salah satu lempeng terdesak kebawah dari lempeng yang lain.
* tepian lempeng meluncur tanpa pergesekan yang berarti.
 Pergerakan lempeng yang beradu ini lah yang akan menimbulkan tsunami. Sementara kita memiliki titik gempa terbanyak di dunia (mencapai 129 titik) yang sudah merupakan signal kuat bahwa Indonesia adalah negara rawan gempa terbesar di dunia yang bisa menimbulkan gelombang tsunami.
Gempa bumi yang besar selalu menimbulkan deretan gempa susulan yang biasa disebut dengan aftershock. Kekuatan aftershock selalu lebih kecil dari gempa utama dan waktu berhentinya aftershock bisa mencapai mingguan sampai bulanan tergantung letak, jenis dan besarnya magnitude gempa utama. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng, akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik di mana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi.
Sampai disini sudah terlihat apa penyebab gempa bumi, tsunami dan letusah gunung merapi?
Tapi kalau masih penasaran bahwa siapa penyebab terbentuknya ring of fire? Tentu harus masuk ke terori grand design kembali. Pertanyaan itu harus pula disusul, mengapa Dia perlu meletakan makhluk hidup yang amat takut bencana di zona rawan bencana?
Pastinya bukan karena Dia akan membalas dendam suatu hari karena kita asyik melakukan berbagai perbuatan maksiat ditas bumi. Bumi ini hanya setitik debu tak berarti di alam semesta, dan kita manusia lebih tidak berarti lagi. Jika Dia bermaksud menyuruh kita berbuat baik, menurut suruhan, menghindari larangan, tidak melakukan dosa, itu demi kepentingan kita sendiri dalam berhubungan sesama manusia, bukan untuk melegalkan ego-Nya.
Dan itu bukan berarti bahwa kita tidak perlu tafakur, bertobat dan meninggalkan semua dosa-dosa di belakang. Tafakur lah bahwa antara batas hidup dan mati itu jaraknya amat dekat. Tafakurlah saat menyaksikan bagaimana alam meluluh lantakan segala hal yang kita cintai dalam waktu hitungan menit.
But please itu bukan karena Allah ingin membalas dendam dengan mengumbar kemarahan….
Allahu ‘alam bishawab