BINUS INTERNATIONAL SCHOOL SERPONG'S JOGGING TRACK
Jalan membawa manusia ke tempat tujuan. Kepentingannya hanya sebatas sarana, membawa ke tempat dimana mereka ingin berhenti. Tapi memang, manusia sering juga terpaku kepada sarananya ketimbang tujuannya. Karena itu tidak ragu-ragu berkelahi dan menumpahkan darah untuk membela pilihan mereka.
Karakteristik dari jalan menawarkan persimpangan, belokan dan perhentian sementara. Inilah yang membuat perjalanan kadang tampak rumit dan berliku-liku. Mereka yang kurang hati-hati, tidak punya target, bahkan tak punya tujuan, jelas akan dapat kesulitan bereksperimen disana sebab seringkali perhentian sementarapun sudah tampak sebagai tujuan. Belum lagi yang salah memilih persimpangan, alih-alih mendekat mereka semakin jauh dari tujuan.
Jari kaki manusia di rancang mengikuti arah hidung dan letak mata. Itulah sebab mengapa kalau berjalan kita selalu maju mengikuti tuntunan ujung hidung. Hanya saja dibeberapa kasus orang lebih suka pada tumit, menengok ke belakang, mencari-cari sesuatu yang telah hilang, melupakan fakta bahwa masa depan terletak di muka.
Sementara di seksi lain, jalan tidak melulu soal belokan dan perhentian, jalan juga adalah soal kerikil, batu, lubang dan tanjakan tajam. Medan berat ini merupakan kubur massal para pejalan sepanjang sejarah umat manusia. Mereka itu adalah orang-orang memilih berhenti. Bukan hanya itu, mereka membangun kemah dalam kepahitannya, mengutuki hidup, berteriak ke langit mengapa dunia ini tidak adil?
Kalau itu terjadi, itu lah akhir dari hidup.
Tapi kita terlalu berharga untuk mati dalam keadaan bernapas. Kesulitan-kesulitan di sepanjang jalan kehidupan hanyalah seperti yang terjadi di sekolah, kala kita menghadapi soal-soal ujian sebelum naik kelas.
Hanya saja masyakat manusia selalu bergelimang ironi. Kita mau berlajar mati-matian demi nilai-nilai yang akan tercatat di raport atau STTB. Dengan segala cara memecahkan soal-soal yang dibuat dengan sengaja di sekolah. Padahal soal-soal yang dikerjakan bukanlah ujian yang sebenarnya sebab para penguji atau guru telah mempunyai jawaban yang telah terstandar. Mungkin ini salah satu alasan mengapa intitusi pendidikan jarang melahirkan warga jenius.
Sementara itu soal-soal yang perlu dipecahkan di sekolah kehidupan ditempatkan pada sudut paling tidak menarik: Cobaan dan penderitaan.
Entah lah. Allah itu maha adil dan penuh cinta? Yang merasa dirinya relijius pasti mengangguk atas pertanyaan ini. Hanya saja memang belum banyak kebiasaan yang beranggapan bahwa kesulitan-kesulitan hidup yang kita rasakan merupakan cara Dia mengkomunikasikan cinta-Nya. Bahwa jalan yang kita tempuh kurang tepat. Mungkin kita berhenti terlalu lama atau salah belok, yang jelas setiap masalah yang terasa menekan itu adalah komunikasi dari Atas bahwa jalan yang kita tempuh salah. Tambah berat tekanannya betapa Dia ingin kita segera berubah.
Terakhir, untuk menunjang premis ini, saya di dukung oleh surah Wa al-'Ashr, ayat 3 tentang orang-orang yang melakukan empat kegiatan pokok yaitu beriman dengan keimanan yang benar, lalu membuktikannya dengan beramal amalan-amalan yang saleh yang bermanfaat, lalu saling berwasiat tentang kebenaran, kesabaran/ketabahan.
Semoga kita senantiasa diberi keterangan hati dan pikiran dalam menemukan jalan paling tepat untuk ditempuh sebelum kembali ke akhirat. Amin
Allahu 'alam bishawab