PHOTO
“ Kami mempercayakan kepada gunung-gunung, dan mereka tidak sanggup menahan beban ini; kami mempercayakan kepada pohon-pohon, dan mereka tidak mampu menanggungnya; kemudian kami menaruh KEPERCAYAAN itu kepada manusia; dan manusialah yang kemudian memikulnya “ — al-Qur’an
Begitukah Allah memandang kita? Makhluk perkasa yang lebih pantas memikul beban ketimbang alam dan pohon-pohon yang tumbuh diatasnya?
Subhanallah…
Mari duduk sejenak denganku lalu ajari aku berpikir tentang ayat ini…
Memikul beban tidak jauh-jauh dari tanggung jawab. Lalu tanggung jawab mengenai apakah kira-kira sehingga Allah hanya mempercayakannya kepada kita, manusia? Padahal gunung-gunung dan pohon-pohon itu diciptakan dengan penuh pemikiran pula, bukan?
Memang ada kelebihan manusia yang tidak dipunyai oleh gunung-gunung dan pohon-pohon. Otaknya! Otak yang bisa digunakan untuk berpikir, berkreasi, mencipta dan membuat pertimbangan. Coba lihat saja kasusnya pada Merapi yang sedang pesta pora diatas langit Jogja sekarang. Dengan tertawa dia muntah tidak perduli bagaimana kehidupan dibawah tergilas benda-benda dari perutnya. Tapi manusia tidak mungkin berperilaku seperti itu. Selalu ada pertimbangan sebelum memuntahkan isi perut yang akan melukai makhluk lainnya.
Otak ini jugalah yang sanggup berpikir tentang hakikat hidup dari yang paling dasar sampai tingkat tinggi. Seperti memahami bahwa penciptaan adalah hadiah dan hadiah oleh satu dan lain cara harus dibalas sebagai tanda terima kasih. Dan di alam semesta yang menjadi wadah dari penciptaan berlaku hukum timbal-balik, jadi cara apa yang paling tepat untuk berterima kasih?
Karena Allah maha pemilik, tak ada cara paling pantas menyatakan terima kasih selain bersyukur. Diciptakan saja merupakan satu berkah, diizinkan menjalani hidup dan mengisinya dengan segala cara yang kita bisa, sekali lagi, hanya bisa dibalas oleh rasa syukur. Itu saja!
Dan rasa syukur juga adalah soal tanggung jawab. Tidak melulu kepada orang-orang di sekeliling, terhadap mereka yang dijumpai sehari-hari, maupun pada pekerjaan yang digeluti, tapi kepada alasan –alasan mengapa kita ciptakan.
Memang Allah yang menciptakan segalanya, namun Dia tidak bekerja di tingkat empiris. Memang Allah yang memberi rezki, namun Dia tidak menjatuhkannya dari langit. Dia yang mengabulkan semua doa, tapi kita yang harus mengusahakan sendiri. Sejauh ini bumi masih tempat tercantik untuk ditempati, namun untuk menjaga kelangsungannya manusia harus turun tangan merawatnya.
Sampai disini, sudah logis kah mengapa Allah lebih mempercayai manusia ketimbang gunung-gunung dan pohon-pohon?
Allahu ‘alam bishawab