Masih kepikiran pada nasib sapi yang disembelih siang tadi. Pertama-tama kakinya diikat. Simpul ikatannya sedemikian rupa yang ketika tali ditarik dari arah berlainan sapi akan kehilangan keseimbangan dan membuatnya tergolek. Tergeletak diatas tanah dengan kepala menghadap kiblat, tampak perutnya turun naik karena napas tak beraturan. Menurutku itu sebuah pertanda bahwa dia sedang panik hebat.
Setelah lantunan doa, sebilah pisau tajam langsung menggorok lehernya. Terdengar bunyi sreeeet…sreetttt…. Si sapi bereaksi terhadap rasa sakit dengan menggelinjang dan mengerang. Karena tali ikatannya masih dipegang erat-erat memang tidak banyak yang bisa dilakukan. Saat itu juga terdengar desis udara dari urat lehernya yang terputus sementara darah mengalir menganak sungai.
Lama juga dia berjuang melalui sakratul maut itu. Dalam hati aku berdoa semoga semua cepat berlalu. Setelah beberapa lama sapi memang berhenti membuat perlawanan. Hanya kakinya yang bergerak-gerak lemah sampai akhirnya berhenti sama sekali.
Dengan mual aku berpaling dan bertanya pada diri sendiri, sebenarnya siapa yang sesungguhnya berkurban?