Harry Potter – The Deathly Hollow
Setelah berminggu-minggu tertunda karena sempitnya waktu dan kelelahan, akhirnya semalam kesampaian juga nonton Harry Potter – The Deathly Hollow. Amat menyenangkan meninggalkan kesibukan dunia muggle sejenak dan masuk ke dunia para penyihir. Saya bergairah seperti ABG. Sekalipun disana hidup juga tidak selalu mulus, penuh perjuangan, setidaknya memiliki berbagai kekuatan magic bisa mengisi berbagai kekosongan yang tidak mungkin dilakukan oleh para muggle (manusia) di dunia nyata.
Banyak adegan menyentuh yang lahir dari persahabatan antara Harry, Hermione dan Ron dalam perjuangan mereka melawan kekuatan jahat Valdemort. Tapi dalam The Deathly Hollow Part I ini yang amat berkesan untuk saya adalah ketika Harry mati-matian menahan air mata di pusara orang tuanya pada malam natal bersalju dan tiba-tiba Hermione berdiri disampingnya lalu membuatkan karangan bunga melalui tongkat ajaibnya. Saya sampai ikut nangis menyaksikan bagaimana mimik muka Harry yang dalam kesedihannya begitu lega karena telah di pahami. (Pintar benget tuh anak actingnya!)
Kekuatan ajaib dari bentuk persahabatan seperti ini lah sebagai salah satu kekuatan dari karya JK Rawling, yang telah membius jutaan remaja di seluruh dunia. Bukannya Harry, Ron dan Hermione tidak pernah bertengkar, sebagai halnya para penyihir yang di lengkapi ego masing-masing, mereka juga bertengkar untuk hal-hal yang rumit sampai sepele. Namun ketika masuk ke dalam arus kepentingan yang lebih besar, bahwa mereka satu missi untuk menghadapi Valdemort, segala bentuk perselisihan tersebut tertinggal di belakang.
Kemudian terpikir oleh saya, kita, muggle memang tidak mempunyai tongkat ajaib yang bisa digunakan membuat membuat karangan mawar putih, kendaraan terbang yang bisa melintas antar dimensi, tapi ketika sampai pada urusan cinta dan persahabatan kita tidak kalah ajaibnya dengan para penyihir tersebut. Itu karena kita mempunyai sumber-sumber daya batiniah yang memungkinkan kita mencapai segala yang diimpikan dalam berbagi rasa dan dukungan. Dua kata kerja terakhir yang amat kita butuhkan dalam mengayuh biduk kehidupan.
Dan karena ini bukan dalam film dimana kegagalan acting bisa di potong dan dibuang, yang perlu di lakukan hanyalah membuat keputusan bijak dalam membuka gudang kekayaan batin yang bebas nilai ini. Hal tersebut tidak terhindarkan karena kita bermain dalam masyarakat yang selalu memaknai sesuatu. Jadi ketika dia muncul ke pergaulan sosial, kekayaan batin yang netral itu akan mempunyai nilai positif dan negatif. Dan ketahuilah, apapun keputusan yang dibuat tentangnya akan berkonsekwensi, akan ada ganjaran yang biasanya berkahir pada suka – duka, kemakmuran – kemiskinan, kebersamaan – kesendirian, umur panjang atau mati muda.