Reality trap
Dengan cara berpikir tertentu terkadang tak terhindarkan kita terjebak dalam realita. Saya mengenal satu keluarga yang dari kakek sampai cucunya berprofesi sebagai penjual Soto Betawi. Sekitar tahun 80-an, kakek yang merintis usaha dengan sebuah tenda tepi jalan di Proyek Senen. Karena anak-anaknya tidak ada yang berminat masuk Universitas sang kakek menyuruh mereka jualan soto saja. Tidak beberapa lama tenda soto mereka tergusur oleh proyek peremajaan kawasan Pasar Senen, yang memaksa anak beranak itu mengontrak sebuah kios di dalam pasar.
Sekarang kakek sudah meninggal. Karena tidak tahu harus usaha apa selain jualan soto, kedua anaknya bahu membahu menjalankan roda usaha. Sekarang warung itu di kelola oleh salah seorang cucu si kakek. Lokasinya tetap sama.
Saya tidak begitu mengenal kehidupan mereka sebab bertemunya cuma sesekali. Namun dari cerita pemilik warung sekarang alias cucu si kakek, omset dan keuntungannya biasa-biasa saja. ” Lepas untuk makan dan sekolah anak-anak lah” katanya. Megingat penampilan warung beserta perabotnya sudah tampak lusuh dan kelelahan, saya mempercayai apa yang diceritakannya sebagai omset dan keuntungan yang biasa-biasa itu.
Namun rasa sotonya enak, hanya kuahnya saja yang agak kekentalan menurut standar saya. Iseng lalu bertanya mengapa tidak membuka cabang di tempat lain, atau mengingat sejarah persotoan dalam keluarga mereka, mengapa tidak melirik peluang franchise?
Jawabannya tidak begitu mengejutkan, ” Kakek, paman dan bapak saya sudah 20 tahun jualan soto seperti ini. Buka cabang dan franchise itu kan tidak mudah, butuh banyak biaya, izin ini…izin ono….dan banyak tetek bengek lainnya. Lagi pula saya tidak punya tenaga untuk mengurus begituan, menjalan warung satu ini saja repotnya sudah bukan main..”
Saya melamun. Transformasi tak berlaku disini. Saya mengamati perubahan dalam pikiran sambil mengamini perkataannya. Pada sendok terakhir sepotong daging dari mangkuk soto, jadi ingat kepada para motivator yang mundar-mandir di facebook lewat status-status di wall mereka. Apakah mereka tahu bahwa bagi sebagian orang realita itu satu dan sifatnya menetap? Apakah terjebak dalam realita adalah realita sesungguhnya?
#Cara berpikir yang telah mengantar ke tempat kita berada sekarang tidak akan mengantarkan ke tempat yang ingin kita tuju — Tony Robbins