Alhamdulillah kemarin 6-1-2011 berkesempatan lagi mengingat kembali hari kelahiran. Tidak ada acara tiup lilin, potong kue, perayaan istimewa atau semacamnya, namun sudah melambung ketika menerima ratusan ucapan selamat dari teman-teman, keluarga dan kerabat. Thanks to technology, facebook, Twitter, email dan SMS membuat ulang tahun yang biasa-biasa saja dapat dicatat sebagai hari manis dan tidak berlalu begitu saja.
Dalam perjalanan menuju Cianjur dan Badung, telepon Ibu, mengucapkan selamat atas kelahiran putrinya empat lima tahun (lebih…oalaaaa…) yang lalu. Dalam kondisi tidak fit seperti biasanya Ibu senang sekali diingatkan tentang peristiwa ini. Apalagi saat aku membawanya menelusuri pengalaman yang sudah lama lewat, mengingat pada suatu kejadian di subuh yang menggigilkan tulang karena dinginnya kampung kami. Beliau ingat pada ibunya, pada bau asap yang berasal dari ranting kering dari dapur ketika nenekku menjerangkan air untuk memandikanku nanti, pada dukun beranak yang dipanggil Bapak.Pada keletihannya setelah peristiwa besar itu. Waktu ditanyakan bagaimana perasaannya saat mendengar tangis pertamaku, dia menjawab : Senang. Sebenarnya pengen mengejar lagi, bagaimana bentuk rasa senangnya, tapi ingat Ibuku bukanlah perempuan yang bisa mengekspresikan perasaannya secara puitis.
Setelah ngobrol dengan Ibu, menatap lurus ke jalan tol yang mulus di depan tapi pikiran menegok ke belakang. Bila rata-rata umur orang Indonesia hanya 75 tahun, aku sadar telah menghabiskan lebih dari separuhnya. Bukannya sedih, entah mengapa perasaan riang yang aneh merambat ke dalam kalbu. Alhamdulillah aku belum merasa tua. Walau lutut kiri mulai bermasalah, sejujurnya masih merasa sekitar 35-an, penuh daya hidup. dan yang paling akan membuat orang terpingkal adalah aku merasa masih sexy…
Aku tahu jika persoalanya adalah tentang hidup manusia, tidak akan ada yang sempurna. Dari awal kelahiran sampai aku sekarang, banyak air mata kecewa dan kesedihan telah tertumpah. Banyak hal-hal yang seharusnya dilakukan tapi tidak kulakukan yang membawa berbagai konsekwensi pada hidup saat ini.Banyak keinginan yang seharusnya dimiliki tapi tidak termiliki. Luka-luka pertumbuhan dan trauma-trauma kecil menyatu dalam bungkusan yang telah menghantarkan aku ke titik sekarang, beberapa diantara bermain-main begitu jelas dalam kepala. Jika ingin menghabiskan sisa umur ini dalam kesedihan, kekecewaan dan penyesalan, aku punya segudang pendukung untuk melakukannya.
Tapi seperti berulang-ulang aku katakan bahwa hidup hanya soal pilihan. Aku telah memutuskan memilih masuk ke barisan orang-orang optimis yang memandang hidup dengan segala harga yang harus dibayar untuk mendapat keindahanya. Bahwa aku juga pernah mengalami berbagai kekecewaan dan ke gagalan tidak akan menghapus realita bahwa aku juga mempunyai segala yang diimpikan oleh kebanyakan orang. Keluarga yang amat mencintai, suami yang mengasihi, anak-anak hebat dan teman-teman yang peduli. Secara ekonomi memang belum berkecukupan tapi kami memiliki semangat, pantang putus asa untuk membawa bisnis ke muka. Dan yang paling berharga dari semua aku memiliki Tuhan Allah yang dari-Nya aku merasakan sentuhan cinta lembut dan mengayomi. Menumbuhkan perasaan berharga dan terkoneksi ke bagian-bagian lain di kehidupan.
Hidup sendiri adalah hadiah. Di lahirkan saja merupakan sebuah suka cita. Apa lagi ketika Allah melengkap dengan bernafas sehingga bisa menghisap udara segar. Bisa merasakan sehingga bahagia ketika jatuh cinta, bercumbu dengan penuh perasaan atau nangis bombay ketika patah hati. Otak memungkin aku berpikir sehingga dapat membuat berbagai pilihan. Jadi bukan kah saatnya berterima kasih telah hidup, kepada hidup itu sendiri or just simply being born?
Selamat ulang tahun untukku 🙂