Chariots of the Gods – Beberapa hari lalu rakyat Indonesia heboh dengan ditemukannya sebuah Crop Circle di Sleman – Jogyakarta. Saya tidak sempat mengikuti kehebohannya, Tapi untuk hal-hal yang berbau UFO (unidentified Flying Object) seperti ini, dimanapun pasti akan menimbulkan sensasi. Sebanyak mereka yang percaya, sebanyak mereka yang merasa waras, dan sebanyak seperti saya, antara percaya dan tidak, UFO telah memprovokasi imajinasi umat manusia sejak lama.
Rasa ingin tahu kita terhadap apa yang terjadi pada gugusan bintang-bintang di langit, pada keluasan, kegelapan dan misterinya yang menimbulkan rasa kesepian, membuat kita selalu bertanya-tanya apakah manusia hanya satu-satunya mahkluk berakal di alam semesta?
Circle Crops di Jogja ini mengembalikan kenangan pada suatu masa. Ketika saya masuk ke sebuah dunia yang menimbulkan rasa tersisih dari lingkungan. Pemicunya adalah buku Chariots of The Gods karya Erich von Daniken. Buku itu juga diterjemahkan ke bahasa Indonesia yang saya lupa judulnya. Ini tentang hipotesis Daniken bahwa budaya purba di bumi pernah dapat kunjungan astronot angkasa luar.
- Baca di sini tentang:Â Â Informasi yang Mendikte Kita
Buku Chariots of the Gods Yang Bikin Heboh
Idenya sendiri sudah bikin heboh. Apa lagi dituliskan dalam buku dan tersebar ke seluruh dunia.
Menurut Daniken, astronot kuno itu datang dari masyarakat berbudaya dan teknologi tinggi. Terlihat jejaknya dalam kesamaan legenda-legenda dunia. Seperti beberapa kepercayaan yang di tulis dalam Bible, kisah dalam Maha Bratha dan masih banyak lagi. Daniken juga memaparkan bukti-bukti lewat peninggalan arkeolog seperti Piramida di Mesir, Stonehenge di Whiltshire – Inggris, dan patung-patung Moai di Pulau Paskah. Kalau gak salah Daniken juga menyinggung Borobudur termasuk salah satu monumen yang dibangun berdasar teknologi astronot kuno tersebut..
Tentang Bukunya
Chariots of the Gods karya Erich von Däniken adalah buku pertama dari 24 buku lainya. Buku ini dianggap tonggak penting sebagai pembuka ke teori kunjungan makhluk asing ke bumi tersebut.
Chriot of the Gods dianggap buku terlaris yang hingga saat ini telah bertahan dalam ujian waktu. Memang ia menginspirasi banyak buku sejenis dan film. Dari buku ini juga lahir sekuel populer karya penulis sendiri yaitu  The Eye of the Sphinx.
Otak remaja saya sampai shock diperkenalkan pada dunia asing yang mengejut. Menghidupkan imajinasi lira terhadap reruntuhan kuno, kota yang hilang, spaceport potensial, dan segudang teori ilmiah. Semuanya mengarah ke intervensi manusia luar angkasa terhadap sejarah manusia .
Dan yang paling mengejutkan dari semua teori von Däniken adalah tentang kita sendiri, umat manusia sendiri. Kita semua adalah keturunan dari para perintis galaksi ini.
- Dan itu didukung penemuan arkeologis yang membuktikannya:
-Sebuah astronot alien yang tersimpan di dalam piramida
-Tabel navigasi pesawat luar angkasa berusia tiga ribu tahun-
astronomi komputer dari Inca dan reruntuhan Mesir – dan masih banyak lainnya.
Merasa Tersisih Gara-Gara Chariots of the Gods
Saya tadi mengatakan bahwa saya merasa tersisih gara-gara buku ini. Bagaimana tidak, ketika belajar ngaji pikiran saya berkelana kemana-mana. Mebayangkan bahwa yang di namai malaikan Jibril sebagai penghantar wahyu kepada Nabi Muhammad tak lain adalah salah seorang dari astronot.
Ketika sampai pada kisah Isra dan Mi’raj Nabi pada suatu malam dengan mengendari burung Bouraq menuju langit berlapis tujuh, saya merasa tidak tertolong lagi. Kelas satu SMA saya sudah tahu bahwa langit tidak berlapis hanya dilingkupi atmosfir yang dimulai nol kilometer dari permukaan bumi. Atmosfir yang berupa gas ini lah yang berlapis-lapis.
Saya membayangkan bahwa yang disebut langit berlapis tujuh itu mungkin adalah pesawat ruang angkasa yang besar sekali dan bertingkat-tingkat. Sementara di setiap tingkat nabi bertemu dengan para kepala kabin sebagai pengejewantahan dari nabi Musa dan nabi-nabi lain pendahulu Nabi Muhammad.
Coba apa yang akan terjadi kalau imajinasi seperti ini saya ceritakan pada teman-teman,guru, orang tua dan saudara-saudara? Bisa dimandikan pakai air dari tujuh sumur badan awak.Sekalipun kadang-kadang saya mengutuki Daniken karena telah membawa UFO ke dalam hidup, mendatangkan dosa dalam benak, namun tak jarang saya juga berterima kasih sekaligus. Namun apapun itu, satu yang pasti, Erich von Daniken lah yang telah membawa saya ke petualangan2 ajaib, dan meletakan dasar-dasar mengaapa saat ini saya mampu memahami persepsi orang yang beraneka rupa.
Video-video Dokumenter Erich Von Daniken di Youtube
Berikut adalah film dokumenter tentang isi Chariots of The Gods. Ada sepuluh seri di Youtube. Jika kamu menontonya dalam kepolosan anak-anak dan melihat bukti-bukti yang mendukung hipotesis Daniken dalam kaca mata orang dewasa, kamu akan mengerti apa yang saya maksud sebagai ‘MERASA TERSISIH’
Video Erich von Daniken tentang Chariots of The Gods
Astronot Purba Pernah Datang ke Lembah Bada?
Update 30 September 2020
Beberapa waktu lalu saya traveling ke Lembah Bada. Bertemu berbagai patung batu dalam berbagai bentuk dan ukuran. Salah satunya Palindo, patung batu berdiri tegak namun posisinya sudah miring. Wajahnya diraut dengan begitu halus seolah seperti meraut mentega.
Silahkan baca di sini Lembah Bada Pernah Didatangi Astronot Purba?
Untuk patung batu berusia hampir 2000 tahun dengan ukiran halus seperti itu, ditambah lagi belum ada penjelasan paripurna mengenai mengapa patung itu ada di sana, memercik pertanyaan iseng saya: Jangan-jangan Daniken Benar? Jangan-jangan Lembah Bada juga pernah di datangi mereka.
Salam,
Evi Indrawanto