Cara Mengukur Kesuksesan Seseorang – Barusan membaca buku GIANT STEPS-NYA– nya Anthony Robbins. Semacam bundelan dari artikel-artikel pendek, berisi 365 tulisan. Dimaksudkan sebagai Inspirasi Harian. Meliputi tentang Pengusaan Diri, bagaimana kita mengarahkan perilaku agar sukses. Sukses di semua lini yang diinginkan, bukan hanya keuangan.
Intinya buku ini mengajarkan dan membei inspirasi tentang perubahan-perubahan kecil setiap hari. Perubahan kecil untuk menghasilkan perbedaan besar dalam hidup. Untuk dibaca dan dipraktekan selama satu tahun. Jika pembaca meluangkan waktu satu hari saja untuk satu artikel dan menerapkan inspirasi tersebut dalam tindakan, maka meraih prestasi puncak dalam segala bidang kehidupan bukan sekedar mimpi.
Dalam salah satu artikel Bagaimana Anda tahu bahwa Anda sukses, Tony memberikan contoh cara mengukur kesuksesan seseorang. Ia mengambil contoh dari dua orang yang berbeda. Dan peraturan sukses mereka juga berbeda.
Cara Mengukur Kesuksesan Diri Sendiri
Yang pertama eksekutif terkemuka. Ia punya segala alasan untuk merasa berada di puncak dunia: Pernikahan yang bahagia, lima anak yang cantik, penghasilan ratusan ribu dolar, dan tubuh bugar berkat lari marathon tiap hari.
Tetapi ia merasa seperti pecundang. Mengapa? Ia merasa belum cukup. Masih banyak yang harus ia raih. Kariernya bisa ditingkatkan lagi. Begitu pula kekayaannya bila ia bekerja lebih keras lagi. Ia tak punya waktu pergi berlibur. Kalau pun traveling ia akan membawa semua pekerjaan.
Menurut Tony, pria ini mempunyai aturan-aturan yang sama sekali tidak masuk akal tentang apa yang disebut sukses.
Pria yang kedua tidak mempunyai satu pun “keunggulan” si eksekutif tadi. Tapi ia merasa benar-benar sukses.
Baca juga:
Sukses Tak Mengenal Batas Umur.
Sikap Negatif Terhadap Kesuksesan
Ketika Tony bertanya, apa yang membuat pria itu merasa sukses, ia menjawab, “Saya tinggal dan bangun di waktu pagi, melihat ke bawah, dan menyadari bahwa saya masih di atas permukaao tanah—sebab berada diatas permukaan tanah setiap hari adalah hari yang baik!”
Terus Tony bertanya, “ Yang manakah di antara keduanya menurut Anda yang lebih sukses?”
Dalam hati kecil, semua orang pasti akan menjawab pria nomor dua. Karena aturannya tentang sukses “sangat terjangkau”. Menapak di atas tanah setiap hari. Karena sukses sejati itu terletak di suatu tempat dalam jiwa. Bukan pada materi atau benda-bena yang harus dimiliki.
Buku ini membuat saya sedikit berpikir. Perjalanan traveling saya sudah membawa ke 23 provinsi Indonesia. Tapi terkadang masih gelisah. Kenapa saya tak bisa traveling lebih jauh dan lebih banyak provinsi dan kota lagi. Sebuah cara yang tak teramat pantas berterima kasih kepada Sang Pemberi Rezeki.
Terlalu Ringkas
Menarik membaca tentang cara mengukur kesuksesan ini. Sayangnya buku ini terlalu ringkas. Saya belum membaca Awaken Giant Within yang jadi sumber buku ini. Jadi tak tahu pembahasan Tony lebih dalam tentang dua aturan berbeda yang digunakan dua pria di atas. Apa yang dimaksud dengan tidak masuk akal, dan apa pula dengan “membumi”.
Namun seperti yang saya katakan diatas, bila ada yang berpendapat bahwa pria kedua lah yang lebih sukses, saya harus setuju. Secara moral masyarakat pun kita tidak dipuji jika terlalu ambisius. Tak pernah merasa cukup.
Perkara sukses amat tergantung pada mindset. Kepada cara yang kita pakai dalam meneropong dunia. Namun untuk saya, mengetahui berada di atas tanah saja tidak lah cukup. Point of view-nya terlalu rendah untuk lebih leluasa memandang ke bawah. Saya belum pernah berada di bulan. Sekalipun itu tidak menghalangi saya untuk bahagia, mestinya permukaan bumi akan tampak beda dari sana.
Dan saya mengerti cara mengukur kesuksesan berbeda untuk tiap orang. Apapun lah cara yang digunakan semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi teman-teman yang kebetulan sampai di Travel Blog Indonesia ini.
— Evi
Diva’s