Pernah mendenga atau membaca tentang konsep transformasi ide jadi materi ? Ini tentang sebuah ide dalam angan, masih abstrak, masih melayang-layang dalam kabut hayali yang tak lama kemudian berubah bentuk jadi materi. Bisa kita pegang dan baui jika punya aroma. Kita biasanya menyebut tranformasi ide jadi materi itu lewat terkabulnya doa atau sebuah cita-cita yang tercapai. Ide ini kurang lebih juga mirip Dialektika Hegel yang akan kita bahas di paragraf akhir
Saya mengenal konsep transformasi jadi materi ini setelah membaca buku The Secret karya Rhonda Byrne . Berusaha memahami 3 konsep dasar yang jadi latar moral buku itu. Menurut Byrne untuk mempercayai buku itu atau melihat transformasi ide jadi materi ada tiga hal yang telah dipercayai dan dipraktekan oleh jutaan orang selama ribuan tahun di seluruh dunia. Mereka adalah asking, believing and receiving..(minta, percaya lalu menerima).
Proses Transformasi Dari Ide Jadi Materi
Kalau boleh saya sebut ini tentang perjalanan merubah nasib. Pertama tentukan lebih dulu apa keinginan kita. Setelah itu mintalah. Memintanya tentu kepada kekuatan tertinggi di alam semesta yaitu Allah sang pencipta. Setelah itu kita harus mempercayai bahwa permintaan sudah dikabulkan dan keinginan sudah terwujud saat itu juga. Prosesnya dimulai dalam realitas yang tidak kasat mata. Sebab alam semesta sedang bergerak mendatangkan seluruh permintaan tersebut ke dalam realitas kasat mata. Syaratnya adalah kita harus bertindak, berbicara, dan berpikir bahwa kita telah menerima sekarang juga. Bahkan kita tak akan memikirkan waktu kapan ide itu benar-benar terwujud dalam realita karena percaya dia sudah terwujud.
Kok bisa begitu? Karena semesta brproses. Seperti cermin yang di dalamnya ada hukum tarik menarik (law of attractions). Pikiran kita yang paling dominan terkirim dan semesta akan memantulkan kembali pikiran tersebut kepada pemiliknya. Jika pikiran dominan yang kita pendam adalah kekurangan, maka kita akan terus menarik kekurangan ke dalam hidup kita. Transformasi ide jadi materi tersebut tak melulu perwujudan keinginan baik yang kita mau. Yang tidak kita mau, jika itu mendominasi pikiran, juga akan terwujud.
Jadi untuk mendatangkan gambar-gambar positif yang hendak kita wujudkan ke dalam hidup, kita harus memancarkan frekuensi yang sesuai; perasaan sudah memilikinya.
Sebab ketika kita melakukan ini, hukum tarik-menarik dengan kuat akan menggerakkan semua situasi, orang, dan peristiwa kepada kita untuk menerima apa yang kita inginkan.
Uniknya setelah baca buku ini, saya seperti melihat konsep Law of Attrractions di mana-mana. Dalam Puisi Rumi, dalam pemikiran Marxisme, bahkan dalam pemikiran sosialisme Marx. Di sana saya menemukan hukum daya tarik sedang bekerja. Coba deh simak lanjutan tulisan ini.
Dialektika Hegel
Marx membangun teorinya berdasarkan pendekatan Hegel tentang “dialektika” yang terjadi pada dunia ide.
Menurut Hegel, setiap ide merupakan hasil tercanggih dari proses tesis dan antitesis. Sebuah tesis akan mendapatkan negasinya sehingga kemudian dari negativitas ini ditemukan jalan tengah sebagai sintesis atau tesis baru. Peristiwa ini berjalan terus-menerus sehingga kebenaran mutlak mempertunjukkan dirinya sebagai jawaban mutakhir.
Di sini lah Marx mengambil gagasan Hegel tersebut. Jika Hegel menyatakan bahwa dialektika hanya terjadi di dunia ide, Marx membuat perbedaan sedikit dengan menerapkan dialektika Hegel pada tingkat material.
Dalam bagian Pendahuluan Das Kapital ia menulis: “Bagi Hegel, proses berpikir menciptakan dunia nyata, dan dunia nyata hanya pengejawantahan dari ‘Ide.’
Sampai disini terlihat oleh saya bahwa “Ide’ adalah dunia immaterial yang mencelat keluar membentuk realitas. Dan itu terjadi pasti karena sesuatu, kan? Apa namanya? Hukum tarik-menarik! Pasti Tuhan ikut campur di dalamnya dong ya..
Salam,