Karena capek dan jenuh saya menghabiskan waktu di Twitter seharian ini. Dan tertambat pada hashtag yang dibuat Pak Jamil Azzaini, #bisikanmenyesatkan. Setelah memahami apa yang dimaksud dengan bisikan menyesatkan, saya mengembangkan pikiran dan menelisik kebelakang apa-apa saja yang pernah saya dengar dimasa lalu yang terdengarnya benar namun jika dimasukan analisa sedikit ternyata itu tidak seluruhnya benar.
Maka berterbanganlah bisikan-bisikan itu di depan mata. Jumlahnya banyak juga. Ada yg pantas diketengahkan dipublik dan ada pula yang pantas cuma dibicarakan di kamar. Diantara #bisikanmenyesatkan yang pantas diketengahkan di ruang publik antara lain:
- Lelaki tidak boleh menangis, kalau menangis lelaki itu banci.
- Kekayaan tidak akan dibawa mati.
- Anak-anak yang melawan omongan orang tua adalah anak durhaka
- Perempuan itu tahu apa sih?
- ……
Dan masih banyak lagi. Gak ada guna juga sih ditulis berpanjang-panjang. Mari saja saya bahas satu persatu.
# Lelaki Tidak Boleh Menangis
Masyarat (setidaknya masyarakat jaman dahulu kala) mengidentikan bahwa air mata adalah sebentuk pemanjaan diri. Lelaki dituntut agar kuat karena harus memimpin dan tegak paling dahulu jika sesuatu menimpa diri, keluarga atau kelompoknya. Maka menangis membuat lelaki terlihat cengeng. Padahal seperti juga perempuan, lelaki dilengkapi seperangkat hati dan kelenjar air mata. Apa yang terjadi dihati perempuan terjadi juga di hati lelaki. Mereka juga memiliki haru, simpati, gelombang yang dapat merasakan penderitaan orang lain. Lebih dari pada itu lelaki juga memiliki kesedihan. Nah air mata ditujukan Tuhan kan untuk melepas semua yang menekan dalam batin. Lah kok dilabeli cengeng saat dia mengeksekusi haknya memakai perangkat dari Tuhan?
# Kekayaan Tidak akan Dibawa Mati..
Jujur saja saya selalu “enek” mendengar kata-kata seperti ini. Emang kekayaan tidak akan dibawa mati karena yang dibutuhkan hanya selembar kain kafan saat terbaring di tanah. Tapi dengan kekayaan berapa banyak fakir miskin, anak-anak terlantar, penderita bermacam penyakit yang bisa kita bantu? Berapa banyak sekolah yang bisa dibangun? Berapa banyak anak-anak yang saat ini menggelandang di pasar-pasar, terminal-terminal dan di emperen toko akan memiliki tempat pulang? Berapa banyak yang dapat dikerjakan agar mereka mendapat pendidikan yang menjadi hak mereka dan merasakan kelembutan kasih sayang?
Memang kekayaan itu tidak perlu diperjuangkan sampai mati bila hanya berpusar pada menyenangkan diri sendiri, melulu memenuhi kepentingan sendiri. Kekayaan hanya berarti ketika didistribusikan, digunakan untuk membuat orang, lingkungan dan dunia jadi tempat lebih baik. Berhentilah mengatakan bahwa kekayaan tidak dibawa sampai mati. Setidaknya keluarga kita membutuhkannya sedikit sesaat sebelum membawa kita ke kubur untuk acara ritual-ritual kecil dan bersedekah atas nama kita.
# Anak-anak Yang membantah perkataan orang tua, anak Durhaka.
Jika ada yang mengatakan bahwa umur membuat kita tahu segalanya, pergila ke neraka. Umur tidak membuat kita tidak tahu segalanya. Bahkan orang paling bijakpun tidak tahu segalanya. Maka kalau ada anak yang tiba-tiba menegakan mata dan menaikan volume suara serta mengatakan sebaliknya dari apa yang kita katakan, mengerjakan sebaliknya dari apa yang kita suruh, diam lah sebentar, dengarkan lah sebuah kisah dibelakangnya. Alih-alih memandang kepada mereka, mengapa camera tidak disorotkan saja ke panggung sesungguhnya, yakni diri kita sendiri?
Saya tidak tahu apakah Kahlil Gibran punya anak. Tapi puisinya mengajarkan kepada orang tua bahwa anak-anak bukanlah entitas mereka. Anak-anak adalah manusia mini yang tidak bisa kita kontrol sepenuhnya tapi tidak juga bisa kita lepaskan begitu saja.
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi.
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.
# Perempuan Tahu Apa sih?
Pada awal-awal menikah saya sering berantem dengan suami gara-gara kalimat ini. Saya datang dari suku egaliter, tidak mengenal begitu banyak bahwa antara lelaki dan perempuan perlu berbeda peran sosialnya. Begitu pula dalam hal pendidikan. Di Minangkabau Doktor lelaki dan perempuan mungkin sama jumlahnya. Sementara suami tampaknya memperoleh pemahaman dari keluarga bahwa lelaki bisa menyelesaikan segalanya. Jadi kalau ditolak dengan kalimat “perempuan tahu apa sih?”, jawaban standar saya kurang lebih seperti ini: “Banyak..Coba saja tanyakan satu persatu apa yang Kanda ingin ketahui. ” Bahwa perlu volume besar, bernada datar atau cool tergantung mood.
Kalau diberi kesempatan banyak yang bisa diketahui oleh perempuan. Dan banyak pula yang bisa mereka kerjakan. Bila secara fisik perempuan tidak bisa mengangkat karung seberat 25 Kg, perempuan punya otak yang akan menolongnya mengatasi masalah tersebut. Yang dibutuhkan hanyalah keinginan dari perempuan agar membuat membuat dunia ini lebih lapang untuknya.
Apa yang bisa saya tuliskan disini hanya sedikit saja dari banyak #bisikanmenyesatkan yang hidup dalam keseharian kita sebagai anggota masyarakat. Kadang terdengar absur, kadang lucu dan menggelikan. Tapi apapunlah terdengarnya #bisikanmenyesatkan tidak menguntungkan bagi pengembangan pribadi. Tingkat kefatalannya bisa dikenali lewat pengasahan diri terus menerus. Jadi kuncinya terletak pada long life learning. Selama masih dikasih nafas oleh Allah kita bisa belajar terus menerus.
Selamat belajar 🙂
–Evo