Masih ada yang merasa heran mengapa Indonesia ditempatkan sebagai bangsa pelahap pulsa ke-2 terbesar di dunia? Karena kita adalah bangsa pecandu. Pecandu hal remeh temeh. Pecandu gossip dan kabar burung. Pecandu dunia gaib diatas awang-awang. Kita sakau pada kedangkalan. Dan pulsa telepon memberi keleluasaan untuk meredakan kesakauan tersebut.
Gak percaya?
Lihat deh kepala negara kita. Beliau sedang marah karena merasa difitnah. Kemarin dalam konfrensi pers beliau mengungkapkan sebuah pesan yang ditujukan kepadanya tapi tidak mengandung ke benaran.
Menurut beliau semua jenis media online seharusnya bisa meningkatkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, kenyataannya teknologi informasi tersebut juga digunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarluaskan fitnah serta melakukan pembunuhan karakter. Dan bahkan sebagai media untuk mencaci maki.
Baca juga:
Kekuatan Paket Data dan Pulsa – Terlepas dari Jenderal Merasa Difitnah atau Bukan
Terlepas dari bunyi pesan yang ditujukan kepadanya itu benar atau bohong, ia berhasil membuat semua media menurunkan berita. Media online apa lagi, tak putus-putus mengabarkan bahwa Pak Presiden telah menerima kabar bohong yang menyudutkan dirinya.
Dia yang berdiri paling ujung dari suatu bangsa dan sekarang berhasil menggelisahkan seluruh lapisan masyarakat hanya oleh satu pesan yang gak jelas bermaksud apa.
Hari ini semua orang membicarakannya. Teman-teman saya yang berkumpul di depan gerbang sekolah ana-anak kami, membahas masalah itu. Seolah gosip hangat yang semua orang harus tahu berlangsung seru. Kami hanya bubar ketika anak-anak yang mau dijemput sudah keluar satu persatu.
Baca juga:
Gimana, dahsyat kekuatan pulsa dan paket data, kan?
Mereka memberi nama pusat perbincangan itu sebagai Pesan Fitnah. Perhatikan: SMS fitnah.Kalau Anda iseng coba lihat apa arti kata Fitnah di kamur Bahasa Indonesia. Namun baiklah agar lebih memudahkan saya copast saja dari Wiki.
” Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat memengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Kata “fitnah” diserap dari bahasa Arab, dan pengertian aslinya adalah “cobaan” atau “ujian”
Dan Kita Semua Mau Menghabiskan Energi Untuk Fakta Palsu?
Saya dan teman-teman saya memang tak begitu memperdulikan berita hangat ini fitnah, berita palsu, atau mengandung kebenaran. Kami terlalu sibuk mengurus remeh-temeh lainnya.
Tapi, Anda, Jenderal?
Atau Jenderal belum sempat baca definisi Fitnah dari wiki? Bahwa asal katanya berasal dari bahasa arab yang artinya cobaan atau ujian.
Baca juga:Â Kopi Kenangan dan Janji Jiwa
Kayaknya memang belum. Kalau sudah dia tidak akan bereaksi sedemikian rupa terhadap pesan fitnah tersebut. Sebagai kepala sebuah bangsa yang jumlah penduduknya demikian besar biasa aja lagi kalau mendapat ujian atau cobaan dari sana-sini. Jadi kepala Rukun Tetangga saja pasti menangani “cingkahak” penduduknya. Apa lagi ini kapala negara. Gak usah terlalu sensitif gitu lah, Jenderal.
Mending energi Jenderal diarahkan pada pendidikan rakyat. Bagaimana caranya agar kita keluar dari bangsa pecandu pulsa (dan candu-candu yang kurang baik lainnya). Jadi bangsa produktif. Ketimbang beli pulsa untuk chatting, wa-an dari pagi sampai malam, mending Jenderal arahkan rakyat agar cinta membaca.
Begitu lah ketika Jenderal merasa difitnah. Kita semua heboh. Mudah2an suatu hari nanti kita semua insap. Dari pada beli pulsa untuk sesuatu yang tidak produktif mending beli buku.