Entah dari mana mulainya, saya sudah lama jatuh cinta pada Rumi. Dengan pena emas di tangan dan kecintaan kepada Tuhan di wilayan batin membuat Rumi yang wafat di Konya (Turki) ratusan tahun lalu begitu hidup dalam hati saya. Pikirannya begitu terang menangkap keindahan Tuhan dan otaknya begitu cemerlang menjumput kata-kata yang diujudkan dalam syair-syair indah. Orang menyebutnya sebagai syair mistis. Sebagian lagi menyebutnya hasil karya seorang sufi Islam. Tapi betulkah identitas ini betul dilekatkan pada Rumi? Yang jelas pada tahu 2007 di Amerika dia dijuluki sebagai The Most Populer Poet tanpa embel-embel bahwa Rumi beragama Islam dan syairnya berisi tentang tauhid (keesaan Tuhan). Lagi pula dia pernah menuliskan begini : " Jangan tanya apa agamaku. Aku bukan yahudi. Bukan zoroaster. Bukan pula islam. Karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku." –Wiki.
Untukku sendiri Rumi adalah sumber inspirasi, pintu masuk mengenal sisi Islam yang ramah, lembut, cantik, toleransi dan penuh daya hidup. Memanjakan perasaan tanpa meninggalkan logika. Mencerdaskan tanpa menggurui. Memeluk tanpa sentuhan fisik. Mencintai tanpa isyarat bahwa suatu hari harus dikembalikan lagi. Syair-syair Rumi ibarat oksigen yang diberikan Allah pada kehidupan di bumi, gratis untuk dinikmati.
Tadi siang satu syair yang lama saya simpan dalam hati melintas dari kerlap-kerlip lampu neon sebuah toko service komputer di ITC – Serpong. Bunyinya begini : " Let the beauty of your love be what of you do " Saya sedang memandangi Engkoh2 pemilik toko yang amat serius membedah dan menelisik letak permasalahan dari printer kami. Dia bukannya tidak punya karyawan, tapi mereka juga sedang sibuk melayani pelanggan lain. Bukan juga karena kami selalu beli printer dan tinta disini, melainkan Engkoh ini memang dari dulu tampak menikmati sekali sensasi banjir langganan di tokonya. Saya perhatikan toko serupa dikiri kanannya sepi, karyawan mereka sibuk main HP dan duduk-duduk di muka toko. Tapi Engkoh ini beserta karyawannya tampaknya belum istirahat sejak pagi. Walau tetap ramah dan tersenyum, capek itu tidak bisa disembunyikan dari muka-muka mereka.
Dan saya adalah Evi yang selalu siap dengan pertanyaan: Mengapa? Disinilah masuk jawaban dari Rumi " Let the beauty of your love be what of you do " Engkoh itu pasti amat mencintai bisnisnya oleh karena itu amat mudah baginya bekerja dengan passion tinggi. Dia tahu benar apa yang disebut bisnis jasa. Tidak menggetok pelanggan, menyambut harapan mereka dengan memberi service memuaskan. Dan satu lagi …Tentu saja tanpa biaya tinggi.
Dari dalam hati saya tersenyum pada Rumi: " See what the lover's can do? Aku mungkin tidak akan pernah masuk pada dunia kesufiaan, tidak menjalani tarekat seperti yang engkau lakukan dengan murid-muridmu. Tapi cukuplah bagiku melihat dan mendapat efek dari apa yang kalian kerjakan di luar. Atau jangan-jangan aku sudah berada di dalam? Seperti katamu : " It may be that the satisfaction I need depends on my going away, so that when I've gone and come back, I'll find it at home. "
Yes!