Tahu saya penggemar cokelat, kala berkunjung ke Yogyakarta beberapa waktu lalu seorang kawan yang menawarkan diri untuk mengantarkan saya ke outlet sekaligus Pabrik Cokelat Monggo. Yeay piknik kuliner di Jogja! Tentu serta merta saya mengangguk. Sudah lama mendengar tentang merek cokelat satu ini. Produknya pun sudah beberapa kali saya coba.
Selain diliputi keingin tahuan bagaimana sih dapur produksi cokelat sesungguhnya? Maklum Arenga Indonesia gula aren ada juga suplai ke beberapa UMKM permen dan kue cokelat. Untuk Cokelat Monggo sendiri apakah melibatkan mesin-mesin moderen sepert dalam film Willy Waonka Chocolate Factory?
Lokasi Pabrik Cokelat Monggo
Maka dengan diboncengi motor berangkat lah kami menuju Kotagede –eks ibu kota Mataram kuno– dimana Pabrik Cokelat Monggo (Chocolate Monggo) berada.
Menjelang sampai kita akan melewati Kompleks makam Raja-Raja Islam Mataram. Kami sempat mampir sejenak di sini. Namun siang itu komplek makam yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan rimbum sangat sunyi. Makamnya sendiri juga terlihat agak gelap membuat saya jadi agak ragu melangkah.
Di tambah lagi sang kawan pun tampak tidak nyaman. Mungkin tak terbiasa mengunjungi makam-makam kuno seperti itu. Pertanyaan : ” Mau ngapain di sini, Uni?”, membuat saya memutuskan segera melanjutkan perjalanan ke pabrik Cokelat Monggo.
Sebenarnya tidak mau ngapa-ngapain, paling-paling baca Al Fatihah, lihat-lihat dan ambil foto. Nanti bercerita di blog ini seperti kunjungan ke Makam Panjalu.
Karena Sang Kawan juga mengingatkan bahwa saya sedang haid, ya sudah. Menghormati kepercayaan orang lain salah satu etiket universal yang harus dipegang oleh siapapun.
Bukan Willy Wonka Chocolate Factory
Yang disebut pabrik itu adalah sebuah rumah jawa kuno, rumah gaya lama bercat krem bercampur coklat tua pada lis jendelanya.
Di dalamnya terdapat beberapa lemari display berisi aneka jenis cokelat yang diproduksi. Aneka kemasannya yang menurut mereka berasal dari kertas daur ulang terlihat cantik.
Sementara pabrik yang sesungguhnya berupa dapur pengolaha, berada di sebelah kanan ruang display. Lewat lorong pendek yang dipisahkan oleh kaca kita bisa melihat-lihat kegiatan yang sedang berlangsung di dalam.
Ternyata bukan seperti dalam Willy Wonka Chocolate Factory. Tapi dalam pabrik cokelat monggo kita bisa mendapat informasi tentang bagaimana cokelat yang akan kita nikmati dilelehkan, didinginkan dan dikemas.
Kurang lebih mirip Museum Cokelat di Penang yang pernah saya kunjungi. Belajar sedikit tentang permen yang berasal dari buah cacao ini lalu belanja.
Belajar Sedikit Tentang Mutu Cokelat
Walau ngaku-ngaku sebagai penggemar cokelat, sungguh, kalau bukan karena Sang Teman cantik yang mengantar ini saya tidak akan pernah tahu mutu cokelat yang dikonsumsi. Kalau tidak melongok Pabrik Cokelat Monggo kemungkinan saya tidak akan pernah mencari informasi di internet. Ada kemungkinan bahwa cokelat yang sering saya makan itu bermutu buruk.
Asumsi ini juga lahir dari membandingkan pengalaman menikmati cokelat dengan cerita Thierry Detournay, pria asal Belgia yang juga penggagas kelahiran Cokelat Monggo.
Dalam artikelnya Thiery menyebutkan bahwa salah satu jenis coklat disebut Compound. Berupa campuran gula, lemak tumbuhan, aroma vanila dan aroma coklat. Saya curiga kebanyakan cokelat batangan (berharga murah terutama)Â yang beredar di Indonesia berasal dari kualitas ini. Rasanya itu lho emang beda dari karakter Cokelat Monggo.
Di etalase kami ditawari mencoba sampel dari setiap jenis cokelat yang ditawarkan. Sambil menikmati saya membaca beberapa keterangan bahwa ragam batang cokelat yang dijual di sana berasal dari jenis dark chocolate couverture 58 % dan 69 %. Artinya berasal dari massa kakao 58% dan 69%. Artinya lagi semua batangan cokelat itu berasal dari bubuk kakao beneren alias bermutu baik.
Baca juga : Cokelat dengan Palm Sugar
Monggo Dark 69 di Pabrik Cokelat Monggo
Pabrik Cokelat Monggo mengajarkan saya sesuatu. Ceritanya, sewaktu memilih Monggo Dark 69 si teman bertanya, ” Did you notice something, Uni?” Saya menggeleng.
Sungguh waktu itu hanya pengen coba apa sih artinya makan coklat dengan kandungan 69 massa kakao? Pastinya lebih berat dari coklat biasa. Nah ketika Sang Kawan menyinggung soal aphrodisiac baru ngeh apa arti angka 69 itu. Setidaknya itu mengingat bahwa itu salah satu posisi bercinta oral yang banyak terdapat dalam film-film biru.
Yuk piknik kuliner Jogja dengan membeli cokelat langsung di pabriknya!
Alamat Pabrik Cokelat Monggo
Jl. Dalem KG III/978, Purbayan
Kota Gede – Jokjakarta
— Evi