Setiap kali memasuki bulan suci, kenangan berpuasa di masa kanak-kanak selalu melintas. Ibarat gudang yang terbuka pintunya, kesibukan dan persiapan menyambut bulan Ramadan, seperti Mandi Balimau memicu berbagai hal yang pernah terjadi di masa lalu. Beragam perasaan, bergejolak memenuhi pikiran. Ada sedih, ada pula bahagia.
Yang utama tiap kali bulan puasa datang adalah memori selalu membawa ke kampung halaman. Jauh ke masa kanak-kanak, innocent times kata orang. Menjalani Puasa Disebuah Dunia Pada Suatu Masa ini adalah soal kenangan.
Mandi Balimau, Bersih-bersih Diri Sehari Sebelum Ramadan
Menurut literatur, tradisi Mandi Balimau adalah tradisi bersih-bersih sehari menjelang puasa pertama. Bersih-bersih diri menggunakan bahan jeruk nipis. Konon sudah berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau yang tinggal di kawasan yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian. Tradisi Mandi Balimau sudah diwariskan secara turun temurun dan telah berlangsung selama berabad-abad.
Ingat sore-sore menjelang magrib pergi balimau (mandi dengan limau) bersama teman-teman gadis sekampung. Kalau lah ada kenangan berpuasa di kanak-kanak paling berkesan, saya pikir salah satunya tentang berlimau ini.
Sejak siang kami sudah sibuk mempersiapkan bahan. Mendatangi rumah tetangga yang punya pohon jeruk nipis , dan dan bunga kembang sepatu yang sedang mekar, bunga mawar, dan daun serai wangi.
Setelah bahan-bahan Balimau yang semuanya didapat gratis itu, kami duduk di beranda rumah tetangga persis di sebelah rumah saya. Menyiapkan panci, air dan pisau. Lalu sambil bergosip mulai meracik dengan mengiris dan meremas semua bahan-bahan yang akan digunakan Mandi Balimau. Terakhir memasukannya ke dalam panci berisi air sumur. Bahan untuk Mandi Balimau ini perlu diendapkan sekitar 3 jam agar air infusednya jadi wangi semerbak.
Sampai detik ini saya masih ingat harum racikan air Mandi Balimau. Bagaimana jeruk nipis, daun kembang sepatu yang di remas bersama mawar merah jambu. Cairan yang sedikit kental itu lalu dioleskan pada rambut kami setelah dibasahiu. Kemudian seluruh badan.
Di hari bersuci itu kami tidak menggunakan shampo atau sabun mandi sama sekali. Berendam di kali kemudian mengoleskan cairan balimau ke seluruh rambut dan tubuh sudah mewakili kesucian kami memasuki Bulan Suci.
Saya pun masih ingat bagaimana tepi sungai yang berair jernih beriak. Menghembuskan aroma air dingin dengan membawa semua tumbuhan yang dilewatinya. Lalu perlahan bahan mandi balimau kami hanyut ke hilir, menemukan muaranya dan akan diolah alam menjadi sampah yang akan menyuburkan tanaman kembali.
Baca juga:
- Menurunkan Berat Badan Selama Puasa
- Kenangan Ramadhan
- Ramadhan Bulan Penuh Kemenangan
- AGAR TETAP BUGAR SELAMA PUASA
- Buka Puasa Bersama Mercure Serpong Alam Sutera
Nenek dan Pak Abdullah
Bulan puasa berarti nenek. Dan bulan puasa juga berarti Pak Abdullah, guru agama dari sejak saya kelas 1-3 SD.
Dua orang itu selalu mengajarkan bahwa manusia dan seluruh isi alam semesta ini adalah ciptaan Allah SWT. Sebelum menciptakan, Allah yang maha pengasih dan penyayang menetapkan beberapa aturan dan norma-norma agar diikuti oleh manusia. Tetapi manusia sering menemui kesulitan dalam menahan keinginan mereka atas benda-benda materi. Karena itu mereka suka mengabaikan aturan dan norma yang telah dibuat di depan Allah SWT tersebut.
Waktu itu saya gak begitu “ngeh” apa yang di maksud Nenek dan Pak Abdullah bahwa puasa sebagai salah satu alat untuk mengingatkan manusia tentang komitmen mereka terhadap Allah SWT. Itu perjanjian tak tertulis sebelum kita datang ke dunia ini. Tapi karena sering lengah maka Allah mewajibkan puasa setiap tahun. Lamanya satu bulan penuh dan dilaksanakan pada bulan Ramadan. Itu yang ekarang disebut bulan suci.
Iya, aktivitas saya selama puasa penuh dengan cerita pahala dan dosa.
Kenangan Berpuasa di Masa Kanak-Kanak dan Sahur
Nah dari kenangan berpuasa di masa kana-kanak, yang paling berat adalah saat sahur. Karena berpuasa artinya berhenti makan dan minum sejak imsak sampai buka. Artinya kami harus bangun dan makan sebelum imsak. Rata-rata dibangunkan sebelum jam 4 pagi . Kalau hari-hari pertama masih terbawa euphoria awal ramadhan, di colek dikir saja sudah bagun. Saya bergegas bangun dan duduk menghadapi hidangan yang sudah tersedia. Tak terasa kantuk sama sekali.
Apa lagi jika dari surau terdengar riuh membangunkan orang-orang yang masih terlelap. Disusul dengan alunan mengaji (membaca kitab sudi Al Quran). Di luar gelap. Udara dingin. Rasanya hati saya terbang, berkelana ke tempat-tempat jauh yang tak bisa dijelaskan.
Begitu puasa berhitung puluh, untuk jaga sahur semakin berat. Rasanya baru tidur kok sudah di colek lagi. Kadang hentakan di bahu juga tidak mempan. Kalau sudah begitu nenek akan berkhotbah soal wajibnya manusia meminta pengampunan atas dosa-dosa. Puasa bisa diri dari dosa-dosa. Belum lagi soal anak salih dan api neraka. Pokoknya panjang lah yang membuat kantuk jadi hilang.
Yang Menyenangkan di Aktivitas Bulan Puasa – Tarawih
Selama Ramadan sekolah libur begitu pula mengaji. Maka aktivitas saya paling seru selama puasa adalah di Surau. paling ramai berpusat di surau setelah magrib. Habis buka biasanya saya langsung lari ke masjid sambil membawa peralatan shalat seluruh keluarga. Saya akan mencarikan tempat untuk nenek di saf paling terhormat, barisan paling depan, tepat di bawah pembatas kain antara jemaah lelaki dan perempuan.
Setelah itu saya ngetap tempat di barisan belakang, khusus untuk kanak-kanak. Baru setelahnya bergabung dengan anak-anak lain, main di pelataran halaman surau.
Kenangan berpuasa di masa kanak-kanak juga membawa ke jajanan anak kampung yang tak lekang oleh zaman. Kacang goreng atau kacang rebus. Beberapa teman saya yang laki-laki punya insting bisnis sejak kecil. Dengan wadah kantong anyaman sebesar dompet belanja ibu-ibu mereka menjajakan dagangan kepada kami. Lupa harganya berapa. Tapi kacang-kacang itu akan ditakar dengan takaran kecil atau hanya diraup lalu kami terima dengan telapak tangan. Tak ada kemasan. paling-paling kalau terlalu banyak dibungkus dengan baju atau ujung kain sarung.
Makanya kapan? Saat itu juga. Sampahnya dibuang dimana? Ya di halaman surau juga! Makanya gak heran keesokan harinya pelataran muka surau akan penuh kulit kacang dan sampah lainnya. Siapa yang membersihkan? Hamba Allah yang percaya bahwa kerjanya akan berimbal pahala.
Walau dari dalam surau terdengar samar-sama ceramah yang mengatakan bahwa puasa akan membuat kita disiplin dan mengikuti jalan seperti yang telah dicontohkan Nabi besar Muhammad(saw), kami anak-anak tetap saja lari-lari dan berbicara dengan suara keras. Dan nyampah dengan berbagai kulit makanan. Baik yang dibawa dari rumah maupun yang dibeli di sana. Ramadan saatnya bergembira.
Kadang ada ibu-ibu yang keluar dengan hush..hush…Setelah ibu itu masuk kami melanjutkan aktivitas, bermain sambil menunggu adzan Isya memanggil. Lalu tarawih pun di mulai.
Begitu lah kenangan berpuasa di masa kanak-kanak saya. Bagai mana dengan cerita mu?