EviIndrawanto.com – Perubahan konstan dalam hidup. Move on Nak! Life has no other disipline to impose, if we would but realize it, than to accept life unquestioningly. Everything we shut our eyes to, everything we run away from, everything we deny, denigrate or dispise, serves to defeat us in the end. What seems nasty, painful, evil, can becaome a source of beauty, joy and strengt, if faced with an open mind. Every momen is golden for him who has the vision to recognize it as such — Hendy Miller
Tidak seperti kelas satu dulu, kelas dua ini Valdi tampaknya membutuhkan usaha ekstra dalam menyesuaikan diri dengan seluruh komponen kelas barunya. Saya menyadari ini seminggu setelah tahun ajaran baru di mulai. Dia selalu telat bangun dan malas-malasan mempersiapkan diri. Sepertinya dia juga kurang energi dan ogah sarapan. Malah hari ke-3 bilang sakit dan tak mau masuk sekolah.
Belum Move On dari Lingkungan Lama – Perubahan di Lingkungan Sekolah
Karena ini cukup mengganggu, semalam saya mendekati dengan tiduran di sampingnya. Setelah energinya tune ini dimulai dengan pertanyaan apa yang terjadi di sekolah siang tadi? Dia mengatakan everything is ok. Semua berlangsung seperti biasa, tidak ada yang perlu diberi perhatian.
Sewaktu di tanya bagaimana class advisornya yang baru, jawabannya membuat saya samar-samar menyadari bahwa dia belum move on dari kelas lalu.
Guru perempuan yang menjadi wali kelas sekarang tidak masuk dalam daftar kriteria guru favorit. Nah melalui suatu desakan akhirnya keluar kurang lebih begini: Dia tidak penggembira seperti Mr. Jun, tidak ngerti gadget seperti Mr. Jun, gak ngerti apa itu Twitter dan paling parah banget dia tipikal guru Indonesia asli, larang ini larang ono tanpa penjelasan…( Mr. Jun adalah class advisor di kelas 10 seorang expatriat)
Hah?! Masih ada yang lain? “Teman-teman juga aku gak begitu cocok, menurutku ada yang ok tapi mereka brandal sekolah..Cewek-cewekn sudah punya kelompok masing-masing. Mama gak memperhatikan sih, pulang sekolah hari pertama matakukan merah gara-gara pengen nangis mulu. Kok nasibku sial banget di lempar ke kelas itu. Mike (teman akrab Valdi di kelas satu dan bukan nama sebenarnya) enak deh Ma, dia sekelas dengan gank kami lagi..”
Baca juga:
Sadari Dalam Hidup Tak Ada yang Abadi
Mudah menuliskannya di blog ini, namun untuk menyampaikan bunyi kalimat dari Hendry Miller diatas, saya membutuhkan waktu beberapa lama untuk memilah-milah kalimat. Bahwa manusia punya kecenderungan melekat terhadap hal apapun yang telah di kenalnya. Kelekatan yang mendatangkan rasa nyaman itu adalah musuh dari perubahan. Sementara hidup tidak dirancang secara statis, hidup sendiri adalah perubahan. Perubahan ini membuat kita kadang tidak punya pilihan bertemu dengan orang-orang yang hanya menarik menurut kriteria kita saja.
Saya katakan lagi walau sekolah hanya penuh berisi aturan, tekanan dan hal-hal lain yang menjemukan, dia merupakan tempat paling pas untuk memulai hidup sesungguhnya. Disini ada kompetesi tapi berlangsung secara aman. Ada yang mengawasi dan akan ada intervensi jika kompetisi berlansung sebaliknya. Di luar sana kompetisi berlangsung lebih sengit dan tidak ada wasit yang mengawasi apakah orang mendapatkan semua kebutuhan yang diperlukan. Sekolah merupakan tempat paling pas berlatih bagi Valdi untuk mengenal orang dengan macam-macam perangai dan latar belakang. Belajar melihat keragaman karakter mereka secara netral. Membayangkan posisi kita di mata mereka.
Baca juga:
Memberi Pengertian
Dan yang paling saya inginkan agar Valdi mengerti adalah bahwa kita perlu lentur dalam menghadapi setiap perubahan. Fokus kepada peluang dan bukan pada hambatan. Dari sekian sifat yang menjemukan dari sang Ibu Guru pasti ada yang menarik, yang belum ditemukan dan masih tertutup oleh rasa tidak suka Valdi terhadapnya. Begitu pula dengan teman-teman, Valdi hanya belum menemukan cara yang pas bercengkerama dengan mereka. Saya memintanya untuk berusaha, sabar dan menunda justifikasi sementara.
Bukan Valdi namanya kalau tidak membantah dan tidak begitu saja percaya. Sekarang giliran saya untuk sabar dan terus dalam memberi pengertian tanpa terlalu banyak menasehati. Sore ini pulang sekolah dia masih murung. Gak apa-apa Nak, dinikmati saja. Tak ada yang bisa menghentikan perubahan konstan dalam hidup. Ini juga bagian dari pertumbuhan..