Dalam industri rumah tangga isu gender tak penting. Sebab keterbatasan modal dan sumber daya telah memaksa suami-istri berbagi tugas menurut fungsi biologis mereka. Suami menangani pekerajaan yang menuntut kekuatan fisik, istri membereskan pernak-pernik guna melancarkan tugas suami.
Setidaknya begitu yang terlihat dalam industri gula semut aren (arenga palm sugar). Disini tak tampak berbagai pertentangan seperti banyak dibahas dalam forum-forum isu gender. Lelaki-perempuan berbagi tugas seolah itu bagian dari hukum alam. Kalaupun berbeda, unsur biologis adalah pembeda utama dalam pembagian tugas tersebut.
Isu Gender Dunia Gula Semut – Tugas Laki-laki
Menyadap nira butuh tenaga besar. Mulai dari menyiapkan pohon aren yang akan disadap sampai penderesan (menyuling) harus ditangani suami. Karena proses tersebut perlu memanjat pohon aren lalu memikul lodong bambu baik kosong maupun telah terisi. Dalam masyarakat kita masih tertanam kuat keyakinan bahwa memanjat memang tugasnya lelaki. Dan memang memanggul lodong tiap kali naik atau menurunkan nira bukanlah pekerjaan ringan.
Dunia Gula Semut – Tugas Perempuan
Isu gender dunia gula semut terlihat sangat kasat mata. Stereotype bahwa tugas perempuan di dapur terlihat tatkala menguapkan nira.
Proses nira sampai jadi gula semut membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam. Pekerjaan ini membutuhkan kesabaran. Agar kualitasnya bagus nira tersebut harus diaduk secara berkala. Sudah begitu api perlu di jaga, tak boleh terlalu besar tapi tidak pula terlalu kecil.
Jadi industri kecil gula semut melegalkan pernyataan sexiest bahwa sabar dan ulet adalah sifat perempuan.
Bila ada yang skeptis tentang itu ketahuilah bahwa salah satu standar dari mutu gula semut ditentukan oleh kesabaran yang mengolahnya. Dan yang biasanya yang sabar mengaduk nira dan menjaga nyala api memang perempuan.
Salam,
— Evi Indrawanto
Arenga Palm Sugar Organic Sugar for All Purpose Sweeteners