Masjid Sultan Syarif Abudrrahman Alkadrie salah satu ikon kota yang saya kunjungi saat berada di kota Pontianak. Terletak di tepian Sungai Kapuas, Kampung Beting RT.01 RW.02 Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Provinsi Kalimantan Barat.
Masjid kuno bercat hijau itu aku ketahui eksistensinya saat mencari tahu kota khatulistiwa ini dari Google. Pengetahuan itu kukatakan pada guide kami. Dan akhirnya kesanalah kaki mendarat yang dari jauh saja sudah terasa pancaran aura relijiusnya.
Saat sampai di pelataran Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie sudah sore. Gerimis pun turut meningkahi. Sebelum masuk ke dalam Masjid rombongan yang terdiri dari tiga orang menikmati Sungai Kapuas dari atas jembatan.
Dari tempat penghubung perkampungan dengan halaman Masjid pemandangan sangat romantis. Cahaya sore kekuningan yang jatuh diatas air Kapuas yang kecoklatan membuat saya jadi mellow.
Tak lama hujan pun berganti deras. Sesi foto-foto berhenti dan kami berlarian memasuki ruangan masjid.
Pengurus Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie yang ramah
Berhubung sedang haid saya tak mengikuti dua orang teman yang akan shalat di dalam. Maka dengan santai duduk dekat pintu masuk sambil mengambil foto ke dalam masjid. Saya merasakan kecantikannya magis. Ruangan dengan lantai berkarpet hijau terasa begitu lapang. Tiang semen besar yang muncul dari lantai menjulang ke langit membangkitkan kemegahan dalam hati.
Sambil membayangkan siapa saja yang pernah shalat disini, tak lama saya didatangi seorang bapak. Setelah saling menyapa dan menanyakan dari mana asal (hehehe jadi malu kalau anggota suku Minangkbau selalu diidentikan sebagai penganut islam yang taat) beliau duduk dan mengajak ngobrol.
Baca juga:
Kemudian disusul oleh Bapak Abdul Hamid yang telah 30 tahun mengurus Masjid Alkadrie. Mereka ramah. Rasanya bagai bertemu dengan paman sendiri. Maka kami sore hujan lebat itu kami lewati bertiga dengan ngobrol soal sejarah mesjid bertiang 6 (sesuai rukun iman) ini.
Di luar  hujan bertambah deras. Sungai Kapuas menggelap dan berkabut di kejauhan. Tapi dua orang bapak ini membuat saya merasa tenteram.
Sejarah Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie
Kurang lebih isi cerita mereka persis seperti yang diceritakan Wiki. Bahwa Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pendiri dan Sultan pertama kerjaan Pontianak terlebih dahulu mendirikan mesjid sebelum kerajaan. Abdurrahman adalah putera  seorang penyebar ajaran Islam asal Arab yang juga seorang raja di Mempawah. Namnya Al Habib Husin.
Baca juga Kopi Pancong, Tau Swan, dan Pisang Goreng Ponti
Setelah ayahnya wafat, Syarif Abdurrahman bersama dengan saudara-saudaranya bermufakat untuk mencari tempat kediaman baru. Mereka berangkat dengan 14 perahu Kakap menyusuri sungai Kapuas yang pada suatu subuh sampai di persimpangan sungai Landak. Hari itu 14 Rajab 1184 Hijriah atau 23 Oktober 1771 yang sekarang diperingati sebagai hari jadi kota Pontianak.
6 Pillar di Dalam Masjid
Mereka juga menceritakan soal keajaiban 6 pillar yang menunjang bangunan Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Tidak ada yang tahu berapa kedalamannya yang tertancap di tanah. Yang jelas belum seorangpun yang berhasil memeluk lingkaran pilar tersebut seluruhnya.
Baca juga Komplek Pemakaman Kesultanan Bima Dana Traha
Bahkan beberapa bule yang berkunjung ke tempat itu juga gagal. Karena tahu aku begitu tertarik, mereka mempersilahkan untuk mencoba. ” Gak apa-apa aku masuk Pak, aku sedang gak shalat?” Yang mereka jawab ” Lah sejak tadi ibu juga sudah masuk ” Hahaha..Benar juga..Duduk di dekat pintu bukan berarti tak masuk bangunan lho ya.
Jadi dengan riang kucoba memeluk salah satu tiang dari destinasi sejarah di Pontianak ini. Jauh dari sampai. Mungkin itu juga adalah gambaran dari keimananku sendiri, pikirku awalnya. Namun cepat-cepat menghibur diri, diameter tiang penyangga Masjid Sultan Abdurrahaman, Masjid tertua di Pontianak ini memang sungguh besar.