Jargon Pergaulan Terkini – Jargon merupakan istilah khusus yang digunakan di bidang kehidupan kehidupan tertentu. Jargon biasanya tidak dipahami oleh orang di luar lingkungan tertentu tersebut. Contohnya “jargon sosial media” berarti istilah-istilah yang berhubungan dengan sosial yang hanya dipahami oleh mereka yang berhubungan dengan bidang tersebut.
Jargon pergaulan terkini di kalangan anak muda tapi akrab di telinga saya adalah “sesuatu banget deh!”
Baca juga  Lima Tahun dengan Cinta
Awalnya gak begitu ngeh. Sering banget disebut-sebut di Twitter maupun facebook. Eh lama-lama semakin banyak saja penggunaannya pada jejaring sosial, merambat ke SMS dan ofline. Jadi pasti ada sesuatu banget mengapa semua orang mengucapkannya. Itu yang mendorongku membuat penyelidikan apakah jargon tersebut berasal dari iklan atau judul sinetron (maklum TV dirumahku jarang ditonton).
Tapi mari lupakan penyelidikannya. Ungkapan yang ternyata dilontarkan oleh Syahrini yang entah bagaimana menggila di masyarakat berbicara tentang perasaan. Syahrini pasti punya pengalaman unik, bernilai, dan bermakna yang mempengaruhi emosi, yang ingin diketahui wartawan. Mungkin tak menemukan kata-kata yang pas untuk mewakilinya maka dia sebut saja sebagai ” sesuatu banget deh!”
Baca juga  Artinya Argumentum Ad Populum
Jargon Pergaulan Terkini
Bahasa memang mempunyai keterbatasan. Khusus untuk bahasa Indonesia coba pikir bagaimana kita harus menggambarkan emosi campur aduk antara benci dan rindu, antara mau dan tak mau, antara ingin dan tak ingin? Anak muda lebih kreatif dengan menyebutnya galau.
Dari sana mudah sekali lahir jargon terkini: Sesuatu banget deh!
Tapi nama emosi seperti ini kemungkinan tak ada padanannya dalam bahasa Indonesia baku. Mereka yang lahir dari perseteruan akal sehat yang diinduksi norma-norma, pikiran dan suatu tuntutan purba dari dalam tak bisa diberi nama dalam satu kata kecuali melalui penjabaran.
Baca Juga  Mengapa Orang Melakukan Penipuan
Ketika engkau mojok nangis diam-diam dan setelah itu tertawa sendiri sementara juga belum pantas disebut gila, bukankah lebih baik menyebut pengalaman itu jadi “sesuatu banget? Ya lebih baik ketimbang mengatakan aku tak tahu apa yang kurasakan? Itu lebih galau!
Bila perilaku sosial kita yang terlihat bisa dimaknai secara hitam putih, baik-buruk, tidak demikian dengan perilaku perasaan. Rupanya Allah memberi ruang merdeka teramat luas di wilayah ini. Tak terbayangkan jika perasaan diatur undang-undang, diancam-acam neraka dalam kita suci hanya karena semua orang harus menuruti perasaan yang dipercaya sebagai kebenaran oleh sebagian besar masyarakat. Sepanjang perasaan tersebut tak dikomunikasikan, tak perlu diketahui orang lain takan pernah ada dosa yang dilekatkan kepadanya. Perasaan yang hanya menjadi sesuatu banget itu akan menjadi milik kita selamanya.
Sesuatu banget deh! Kan?
Begitukah?