Tanpa rencana sebelumnya, tiba-tiba malam minggu kemarin kami sekeluarga terdampar di XXI Living World Alam Sutera untukĀ nonton The Three Musketeers. Karena bukan akan meriview film tersebut saya copas kan saja ringkasan cerita dari blog ini :
Anderson memulai kisah The Three Musketeers-nya dengan menceritakan pengkhianatan yang dilakukan kekasih Arthos (Matthew Macfadyen), Milady de Winter (Milla Jovovich), terhadap ketiga anggota The ThreeĀ Musketeers, Arthos, Porthos (Ray Stevenson) dan Aramis (Luke Evans) yang menyebabkan The Three Musketeers dibubarkan oleh Cardinal Richelieu (Christoph Waltz). Setelah kejadian tersebut, ketiga anggota The Three Musketeers seperti kehilangan semangat hidup mereka, dengan keseharian yang diisi dengan mabuk-mabukan dan berbagai tindakan bodoh lainnya yang menyebabkan mereka kehilangan kehormatan mereka dari seluruh masyarakat.
Setahun kemudian, seorang pemuda yang berasal dari desa, DāArtagnan (Logan Lerman), datang ke kota Paris dengan tujuan untuk bergabung bersama The Three Musketeers menjadi pasukan pembela kerajaan Perancis. Walau pada awalnya DāArtagnan menemukan hubungan dirinya dengan ketiga anggota The Three Musketeers sama sekali tidak akur, namun hubungan keempatnya akhirnya berjalan semakin baik, bahkan kehadiran DāArtagnan mampu menyatukan kembali hubungan ketiga anggota The Three Musketeers yang mulai retak. Bersama, keempatnya lalu bersatu untuk memecahkan sebuah konspirasi yang berencana untuk menurunkan King Louis XIII (Freddie Fox) dari tahtanya yang ternyata dilakukan oleh salah seorang kerabat dekat sang raja sendiri.
Nah yang amat berkesanĀ untuk saya adalah adegan saat D’Artagnan hendak berangkat meninggalkan desanya. Sang ibu berpesan agar sebisa mungkin dia menjaga sikap, hindari berkelahi dan membuat keributan. Sebaliknya sang ayah berkata buatlah keributan, berkelahilah dan buat kesalahan sebanyak mungkin.
Memang ini hanya sebuah film yang unsur hiburannya sangat mengedepan, tapi saya memikirkan kalimat sang ayah hingga menulis disini. Di dunia ini siapa sih orang tua “waras” yang menganjurkan anak-anak mereka membuat kesalahan? Kita mencintai mereka dan selalu bermaksud melindungi dengan menjejalkan beragam aturan moral, rambu-rambu yang dipercaya masyarakat. Kita tak ingin anak-anakĀ melanggar aturan dan akhirnya menderita karena dihukum masyarakat.
Dan memang, apapun bentuknya, roh dari semua ajaran moral adalah menabukan berbuat kesalahan. Apakah ayahnya D’Artagnan tak bermoral? Dimasa muda D’Artagnan senior juga seorang musketeer (ksatria), tak tepat jika atribut amoral dilekatkan padanya. Yang sangat mungkin terjadi adalah dia melihat betapa batasan-batasan yang diberikan pada anak-anak telah menciptakan pengecut-pengecut kelas dunia, takut mengambil resiko dan banyak yang tak bertanggung jawab even atas kesalahan mereka sendiri.
Jujur saja saya menyukai nasihat ayahnya D’Artagnan. Lantas apakah setelah ini akan membiarkan ke-2 buah hati melakukan berbagai kesalahan? Tunggu dulu, tak boleh senaif itu. Dimanapun tempatnya di dunia, keberanian dalam hidup memang selalu diberi nilai positif. Tapi sebelum berkata demikian D’Artagnan senior pasti telah menanamkan berbagai nilai-nilai-nilai moral kepada anaknya. Sebab kalau tidak begitu nasihatnyaĀ hanya menciptakan monster, bukan seorang musketeer.