Cara Membedakan Kebutuhan dan keinginan karena artinya tidak sama. Karena kurang bijak dalam menggunakan uang, kita sering mencampur adukan keduanya.
Contohnya diri saya sendiri. Saya ini termasuk impulse shopper, apa yang nampak bagus dimata, langsung mau dibeli. Tanpa rencana, tanpa berpikir apakah barang-barang tersebut betul-betul diperlukan.
Begitu lah saya yang sering mengalami gagal analisa ini suka berakhir dengan pengalaman tidak enak. Gimana mau enak? Yang dibutuhkan panci namun saat keluar dari pasar malah menenteng ember?Alasannya sederhana dan terkadang cenderung tidak masuk akal. Bentuk embernya lucu atau warnanya menarik. Kayaknya bakal seru kalau ditaruh disuatu tempat di kamar mandi.
Jadi sebelum terlambat dan berakibat buruk pada keuangan keluarga ada baiknya kita tahu cara membedakan kebutuhan dan keinginan. Mengetahui kedua hal ini akan membawa pengenalan pada diri sendiri.
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai seperti dibawah ini:
Kenali Gejala Belanja Impulsif
Cara pertama dalam membedakan kebutuhan dan keinginan adalah mengenali gejala pembelian impulsif.
Itu adalah gaya belanja seperti contoh saya di atas membeli barang dan jasa tanpa perencanaan sebelumnya. Kita langsung saja mengambil keputusan untuk pembelian secara mendadak. Biasanya dipicu oleh emosi dan perasaan. Belanja impulsif berarti melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya.
Untungnya kebiasaan impulse shopping saya ini tak begitu menyubur karena saya malas jalan-jalan di mall. Begitupun belanja ke pasar malas berlama-lama. Untungnya lagi saya juga tahu bahwa kebiasaan jelek ini bila diteruskan akan merusak sendi kehidupan.
Baca juga : Kenali dan Hindari Usaha yang Memberi Laba Terlalu Sedikit
Tapi saya tidak sendirian melakukan hal tersebut. Right! Ini adalah gejala umum yang diderita banyak orang. Right lagi! Kalau tidak, tak akan ada ilmu marketing yang berpayah menggali kedinamisan permintaan manusia terhadap bermacam produk.
Makanya dalam marketing milyaran permintaan tersebut digolongkan hanya dua : berdasar KEBUTUHAN atau berdasar KEINGINAN. Sebagai konsumen dengan perilaku belanja sehat, kewajiban kita bagaimana cara membedakan kebutuhan dan keinginan ini.
Demi kesehatan finasial kita sendiri, bijak menggunakan uang adalah keterampilan hidup maha penting. Karena kondisi psikologis manusia memang tidak selalu jernih. Kadang mengikuti mood. Kadang mengikuti logika. Dan terkadang nyeleneh di dua area. Jadi deh abu-abu.
Berangkat dari kondisi psikologis ini lah marketer akan merancang pesan-pesan komunikasi mereka secara efektif: Apakah produk yang ditawarkan akan memuaskan kebutuhan atau keinginan kita? Atau malah keduanya?
Baca juga : Cara Mengatasi Kesedihan
Dalam Mengatur Keuangan Penting Kenali Kebutuhan
Orientasi marketing yang fokus terhadap kebutuhan, tidak menonjolkan produknya tapi lebih kepada fungsinya dalam menyelesaikan masalah orang. Ketika ponsel hanya punya satu kegunaan yaitu komunikasi, maka berbagai fitur seperti camera dan pemutar musik akan diabaikan. Fungsi telepon gengam hanya satu, sebagai alat komunikasi
Model maupun bentuknya yang super canggih tak berguna di sini. Yang akan membuat pemakai kelihatan stylish bukan ranah sasaran komunikasi marketing berdasarkan kebutuhan ini.
Baca juga : Pesona Uang Dalam Kehidupan
Kenali Keinginan
Sekarang kita sudah punya sebuah ponsel yang dengannya kita dapat berkomunikasi dari mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Namun itu tidak cukup, kita menginginakn merek tertentu sebab merek ini terkenal akan keandalannya. Mahal sedikit tak apalah, kan prinsipnya ada uang ada barang.
Kita juga ingin spesifikasi tertentu, entah untuk menyimpan data atau mengirim suatu file secara lebih mudah. Lebih dari pada itu kita merasa sesuatu banget jika punya ponsel merek tertentu itu. Kita merasa derajat sosial akan terangkat.
Ohya cameranya juga canggih. Bisa menghasilkan foto-foto bagus saat traveling. Nanti bisa digunakan untuk blog dan isi sosial media lainnya.
Begitu lah! Bujukan diri sendiri maut. Kalau tak waspada kita akan lupa gimana cara mengatur keuangan dengan baik dan benar.
Baca juga : Aturan Sukses Berbeda Pada Setiap Orang
Ranah keinginan manusia yang maha luas dan tanpa batas inilah yang membuat ilmu marketing takan pernah mati. Sekalipun kita menginginkan sesuatu lebih spesifik namun ragamnya dan keinginan yang selalu berubah-ubah itu yang akan melahirkan jutaan produk di pasar dan pada akhirnya mengalirkan fulus pada suatu perusahaan.
Sementara kita? Untuk anak sultan sih tak masalah. Belanja impulsif, tak tahu cara membedakan kebutuhan dan keinginan tak masalah. Karena sumber duitnya gak habis-habis. Kita yang susah payah mengumpulkan rupiah demi rupiah, harus membangun aset agar sejahtera di masa tua, tak bisa serampangan seperti itu. Kita kudu memahami psikologi dan emosi dibalik keinginan untuk belanja.
Sekarang apa yang anda butuhkan atau inginkan? Bisakah membedakan keduanya?