Satu dari misteri kehidupan yang belum terpecahkan hingga detikĀ ini adalah mengapa kita lahir? Apa penjelasannya sehingga bumi yang sudah penuh sesak ini perlu ditambah satu orang lagi? Dan mengapa pula kita lahir dalam keluarga tertentu dan bukan dalam keluarga yang lain? Mengapa kita tak bisa memilih orang tua?
Kemudian kita diajarkan bahwa kelahiranĀ merupakan hadiah dari Sang Perencana yang tak begitu layak dipertanyakan ini-itunya kecuali harus dimaknai oleh rasa syukur. Kita tempatkan itu sebagai kebenaran. Seperti juga kebenaran pada kerinduan orang tua untuk menghadirkan kita sebagai buah cinta. Kita tak memerlukan puisi dalam memahami cinta seperti ini. Kita hanya perlu menyadariĀ bahwa bahagia- derita, tawa-tangis, jatuh-bangun dalam melayani kitaĀ selama masa-masa tumbuh tidak dikalkulasi dalam matematika.
Ayah mengadzan telinga kita. Ibu membuat selamatan. Sekalipun tak seorangpun tahu kemana nasib akan membawa, mereka semua berharap bahwa hidup yang akan kita jalaniĀ adalah hidup yang berkah. Tak cukup, mereka juga lekatkan doa dan harapan ke dalam nama kita agar nasib membawa kita ke tempat keselamatan itu yang dipercayai milik orang-orang bahagia.
Sayangnya hidup punya aturan main sendiri. Mereka tak berkumpul dalam suatuĀ Bonanza hanya karena kita berdoa.Dia memilih keberuntungan dan kemalangan dengan caranya sendiri. Kita tak selalu bertemu dengan harapan. Orang-orang yang masuk ke dalam hidup kadang mencintai dan kadang mengkhianati. Dalam satu sektor kita sukses, disisi yang lain kita gagal. Bahagia dan kepedihan datang seperti juga musim hujan harus bergantian dengan panas. Seperti perajin menempa besi, pola kita yang cantik terjadi karena hentakan palunya.
Rumi berkata: Look at water and fire, earth and wind, enemies and friends, all at once. Why think seperately, of this life and the next, when one is born from the last. Kalau begitu mari rayakan untuk hidup seperti apapun yang kita jalani .
“Selamat Ulang Tahun ”
Salam,
Evi,