Selesai urusan bisnis saya mengajak suami piknik ke Gedung Sate. Dia heran, untuk apa ke sana? Saya nyengir. Benar kami sudah puluhan kali lewat di depannya. Biar tetap diantar saya beralasan bahwa dulu saya hanya mengangap gedung sate cuma salah satu ikon kota Bandung. Sekarang saya ingin jadi bagian dari sejarahnya yang oleh Belanda disebut Gouvernements Bedrijven (GB) itu. Padahal sebenarnya hanya ingin punya fotonya untuk konten blog ini. Pengen juga mencoba Yoghurt Cisangkuy. Jadi mari kita piknik ke gedung sate dan sekitarnya , ajak saya pada mantan pacar ini. Untung lah dia setuju.
Piknik ke Gedung Sate dan SekitarnyaSampai di lokasi malam hampir jatuh. Sisa hujan lebat yang diakhir rinai gerimis satu-satu membuat jalan dan pohon di depan gedung yang sekarang jadi pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat ini tampak kuyup. Suasana teduh dengan udara segar amat terasa. Namun itu tak mengurangi fakta bahwa Bandung sudah berubah. Senja merah yang tak berangin di bekas Wilhelmina Boulevard ini tidak dingin sama sekali. Tanpa udara dingin, menurut saya, Bandung kehilangan sebutan Paris van Java-nya.
-
Baca juga: —> Seribu Batu Songgo Langit Angkat Perekonomian Masayarakat
Gedung Sate Sudah Tutup
Ex Wihelmina Boulevard yang sekarang bernama Jalan DiponegoreKeluar dari mobil saya beranjak mendekati Gedung Sate yang juga kelihatan kuyup. Jadi sedikit romantis karena dari belakang bangunan muncul semburat senja. Warna keemasannya sesekali ditingkahi beberapa ekor gagak hitam melintas. Bergerak ke arah pintu gerbang saya menyapa Pak Satpam. Dari beliau jadi tahu buka dan tutup gedung bersejarah ini. Beliau juga memberi tahu bahwa kalau dari pintu gerbang saya jalan sedikit terus belok kanan di sana saya akan menemukan tempat jajanan.
Sekali lagi saya mematut-matut Gedung Sate dengan kamera poket. Pak suami meneruskan ngobrol hal lainnya dengan pak Satpam. Setelah merasa cukup saya memberi isyarat agar kami beranjak ke Jalan Cisangkuy.
-
Baca juga dong: —> Pesona Borobudur di Car Free Day Jakarta
Jalan Cisangkuy di sore yang gerimis ternyata tetap ramai. Mungkin karena di sana berderet kios, kafe, dan resto. Di sebelah kanan terdapat Taman Lansia yang pada hari-hari libur ada atraksi naik kuda bagi anak-anak untuk mengelilingi taman tersebut. Mengherankan juga disebutnya Taman Usia Lanjut. Mungkin sebagai dedikasi masyarakat Bandung pada manula mereka. Yang jelas di sepanjang jalan Cisangkuy pengunjung bisa memanjakan selera. Ada resto Resep Eyang yang pada temaran senja tampilan dari luar tampak cantik sekali. Ada kedai surabi, ada mobil yang berjualan Keripik Mak Icih dan tentu saja ada kedai Youghurt Cisangkuy yang terkenal itu.
Piknik Ke Gedung Sate Dan Sekitarnya Jangan Lupa Menikmati Yoghurt Cisangkuy
Yoghurt Cisangkuy rasa Grape dan VanillaWalau nama Yoghurt Cisangkuy begitu terkenal bagi pelancong untuk menikmati susu asam, namun kedainya sendiri cukup sederhana. Sepetak ruangan dengan meja dan bangku kayu, menempel pada sebuah bangunan. Piknik ke Gedung Sate dan sekitarnya ini membuat saya kian menyadari kehebatan word of mouth marketing. Tak perlu bermewah-mewah, tak perlu promosi besar-besaran, hanya perlu rekomendasi teman atau ditulis dalam blog seperti ini. Seperti juga saya menemukan mereka lewat ulasan blog. Gara-gara kekuatan words of mouth akhirnya mereka yang berkunjung di sekitar gedung sate pasti akan menyempatkan diri menikmati Yoghurt Cisangkuy.
Selesai di kedai Cisangkuy, belok kanan dan masuk ke jalan yang Cikaliki, eh bersua dengan bangunan Kantor Pos yang jadi bagian dari Gedung Sate. Dari jalan Diponegore gedung ini tadi tak terlihat. Jadi walau masih gerimis saya turun dari mobil untuk memanjakan mata dan memainkan camera pocket saya sejenak. Benaran deh Piknik ke Gedung Sate dan Sekitarnya sore ini berjalan dengan manis 🙂
Salam,