Memasuki pelabuhan Bakauheni Lampung, entah dari selat sunda atau Jalan Trans Sumatera dari arah Bandar Lampung, para pejalan akan selalu disambut oleh sebuah Menara Mahkota Siger . Bangunan bercat kuning berbentuk mahkota ini, berdiri dengan gagah di atas Bukit Bakaheuni dengan ketinggian 110 meter dari atas permukaan laut.
Saat Panorama Nusantara, kapal Roro yang saya tumpangi dari Merak mendekati dermaga, menara siger berkilau dalam terpaan matahari sore. Sebagai pintu masuk ke Lampung dan titik nol Sumatera dari bagian Selatan, Bakauheni dan menara siger ini seakan menyapa bahwa kita sedang memasuki suatu kawasan yang di dalamnya hidup masyarakat yang masih terikat pada tradisi nenek moyang mereka yang kental.
Mahkota Siger Lampung Simbolisasi Status Masyarakat Lampung
Siger dalam Bahasa Lampung disebut sigoʁ atau sigokh adalah mahkota dari pengantin wanita Lampung. Mahkota Siger digunakan baik dari kaum Saibatin, maupun yang berasal dari Pepadun, dua suku asli masyarakat Lampung. Terbuat dari logam tembaga, kuningan, atau logam lain yang dicat keemasan dengan detail bentuk yang sangat khas.
Siger yang digunakan masyarakat Lampung Pepadun berbeda dengan Siger yang digunakan masyarakat Saibatin Lampung. Siger yang digunakan masyarakat Lampung di Saibatin memiliki kelengkungan tujuh, sedangkan siger yang digunakan masyarakat Lampung Pepadun berlekuk sembilan.
Lengkungan sembilan siger Pepadun dapat diartikan sebagai sembilan marga yang membentuk Abung Siwo Megou. Umumnya siger Pepadun digunakan sebagai mahkota pengantin. Namun tidak jarang perempuan Lampung menggunakan siger sebagai hiasan kepala dalam acara adat dan budaya lainnya dengan bentuk yang lebih kecil dari mahkota pengatin.
Siger Dimana-Mana
Kalau kita jalan-jalan di sekitar Lampung, Mahkota Siger terlihat di mana-mana. Menghias banyak tempat seperti di atas tugu di alun-alun kota, menempel pada dinding bangunan rumah pribadi, ruko dan gedung-gedung umum seperti sekolah dan kantor pemerintahan. Saya perhatikan mahkota siger juga di letakan di tempat tertinggi dari atap rumah.
Mahkota adalah perlambang kekuasaan dan kehormatan. Di Lampung pemakaian praktisnya memang oleh perempuan. Ini mengingatkan saya pada adat istiadat dari suku sendiri, Minangkabau. Di sana garis keturunan di tarik dari ibu, sementara di Lampung dari ayah. Bila mana siger yang dikenakan wanita digunakan sebagai perlambang adat, mungkinkah antara adat minangkabau dan Lampung saling terkait? Setidaknya suatu saat, jauh di masa lalu, pernah digunakan oleh nenek moyang yang sama?
Menara Siger Dan Dalam Keragaman Budaya
Pulau Sumatera yang diisi oleh bermacam adat, suku dan propinsi yang berbeda namun di rajut jadi satu kesatuan oleh Bukit Barisan. Banyak cerita-cerita tradisi diabadikan lewat legenda. Gunung-gunung dan bukit-bukit yang tumbuh di sepanjang Bukit Barisan merupakan sumber cerita, semisal asal nenek moyang, asal muasal satu suku, nama tempat dan tumbuhan.
- Hangout asyik di Lampung rekomendari tempat ini:
Nah berdasarkan fakta iini, bukan tidak mungkin bahwa suatu ketika suku Lampung dan Minangkabau cuma punya satu cerita: Satu nenek moyang.
Salam dari Lampung,
Evi